JIP - Kejuaraan nasional Indonesia Xtreme Offroad Racing 2017 (IXOR) seri 1 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan 11-12 Maret 2017 lalu menjadi pengalaman pertama saya menjadi navigator di balap speed offroad. Akhirnya saya kembali merasakan aura kompetisi speed offroad sebagai peserta setelah 5 tahun terakhir hanya bisa merasakan aura nya dari pinggir trek saat sebagai seorang jurnalis. Pengalaman pertama menjadi navigator sekaligus pengalaman pertama juga merasakan balap menggunakan UTV Polaris. Dijamin 100% pasti jauh beda rasanya dari balapan sebelumnya ketika saya masih menggunakan Suzuki Jimny…. Ya iyalah. Hehehe
Balap kali ini saya berkesempatan menavigatori Ridha Giwangkara, offroader nasional yang namanya tidak asing di kancah kompetisi offroad adventure dan lagi ingin serius di speed offroad. Hmmm…untungnya kali ini bukan bertugas menemani Ridha sambil berlarian mencari winching point.
Setibanya di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, kami bergegas menuju trek untuk survei lintasan, membuat pace note, dan mencoba UTV. Karena UTV yang akan digunakan berbeda dengan yang digunakan Ridha pada event tahun lalu. Ada yang meleset dari jadwal, shake down yang harusnya dijadwalkan di jum’at siang harus diundur menjadi sabtu pagi dikarenakan sebagian besar kendaraan peserta masih tertahan karena kapal pengangkut masih belum sandar di pelabuhan. Beruntung UTV yang akan kami pergunakan memang disimpan di Kalimantan Selatan dan sudah ada di lokasi lomba. Selesai scrutineering, kami pun bisa langsung menyesuaikan posisi duduk, dan melakukan penyetelan ulang safety belt yang sekarang harus memakai 5 titik di UTV lungsuran tunggangan H. Toni dari RAM-NAVSAT Offroad Team yang kali ini sedang menikmati Jeep Cherokee untuk kendaraan balap baru nya.
Meski persiapan sudah matang, terkadang masih ada juga yang terlewat. Ban yang terpasang di UTV tunggangan kami dipersiapkan untuk ban khusus trek basah, sedangkan 1 set ban cadangan tipe AT untuk kondisi trek kering tertinggal di bengkel. Ridha pun memutuskan untuk tetap gaspol dengan kondisi dan kesiapan yang ada. Ditambah kendala interkom di helm kami yang tidak bisa terdengar jelas. Penyebabnya karena bocornya suara angin dari arah depan dikarenakan UTV yang kami gunakan tidak dilengkapi dengan polikarbonat bening untuk penutup bagian depan. Alhasil saya pun berimprovisasi menggunakan kode jari tangan untuk menunjukkan arah sesuai pace note. Pokoknya sesi shake down yang dijadwalkan sabtu pagi pun harus kami manfaatkan sebaik mungkin.
Tiba waktunya Shake Down, di dua tikungan awal terlihat Ridha masih mencoba beradaptasi. Dan saya pun masih beradaptasi juga untuk menyampaikan arah sesuai pace note menggunakan kode jari tangan. Terasa dari dalam kabin, UTV yang bertarung di kelas G1.1 ini masih cenderung oversteer dan selalu melebar saat keluar dari tikungan. Memasuki tikungan-tikungan selanjutnya, nampak Ridha sudah mampu menguasai karakter UTV 1000cc tersebut dan sudah bisa menangkap kode jari tangan yang saya sampaikan. Disini saya melihat kemampuan dari seorang offroader sekelas Ridha Giwangkara dimana ia mampu dengan cepat beradaptasi dengan kendaraan yang notabene baru dikendarainya dari paddock menuju garis start. Selesai shake down pun Ridha memutuskan untuk mengkoreksi sudut tikungan yang tertulis pada pace note di beberapa titik dengan alasan menyesuaikan dengan handling dan karakter tenaga dari UTV sembari menunggu waktu start untuk SS 1.
Rampung SS 1, waktu tempuh yang kami peroleh 04:02:989. “Kita harus dibawah 4 menit kalau mau nyodok 5 besar sob” ujar Ridha. Agak sulit untuk dapat mencetak waktu tempuh lebih cepat lagi, kendala ban tipe MT yang digunakan memang tidak bisa maksimal walaupun sudah di cutting ulang. Licin ketika pengereman dan terasa loose grip ketika keluar tikungan. “Pokoknya mesin dan suspensi ngga perlu di utak-atik, kita improvisasi di gaya nyetir saja” wanti Ridha. Sebelum SS 2, pace note yang ada kembali di “corat-coret”. Kali ini masalah titik pengereman yang dirubah lebih awal, lebih mundur dari titik sebelumnya sesuai request Ridha. “SS2 kita coba slow in-fast out” ujarnya. Hasilnya, improvisasi kali ini membuahkan hasil, waktu tempuh yang dibukukan semakin tajam di 03:58:986. Lumayan masih mampu bercokol di posisi 6 di kelas G1.1 untuk hasil sementara.
SS 3 di keesokan harinya kami sedikit was-was dikarenakan malamnya hujan deras mengguyur kota Banjarmasin. Dan benar saja, sempat oversteer di 2 tikungan karena licin membuat waktu tempuh kami melorot ke 04:00:415. Perolehan total waktu yang ketinggalan semakin jauh untuk masuk ke posisi 5 besar tidak sedikit pun menurunkan semangat kami, untuk SS 4 terakhir tetap ada target. “Kita harus lebih cepat dari waktu tempuh SS 2” ujar Ridha bersemangat sembari menghapus beberapa tanda titik pengereman di buku pace note saya. Waduh…ngga sekalian dilepas pedal rem nya bro?
Alhasil target kami pun tercapai di SS 4, setelah menghapus beberapa titik pengereman dan dikombinasi dengan strategi slow in-fast out di tiap tikungan, catatan waktu bisa kami perkecil lagi menjadi 03:55:668. Walaupun hasil akhirnya tidak berhasil mencapai podium, setidaknya kami puas dengan apa yang sudah diperoleh dengan bermodalkan improvisasi dan strategi kali ini. Rasanya tidak sabar menunggu event IXOR seri 2, siapa tahu bisa kembali menemani Ridha Giwangkara sebagai navigator. Asal jangan jadi navigator offroad winching ya Sob…BimoSS / Rinto Wicaksono