Sayangnya, pengetesan hanya dilakukan di area parkiran Suzuki, jadi belum bisa mencobanya secara optimal.
Yang bikin penasaran, apakah mesin ini sudah pas antara power weight to ratio di medan off-road? Merasakan sekilas, rasanya Jimny gen III ini bakal jadi kendaraan off-road yang ‘menyenangkan’.
Transmisi
Membahas bagian drive train, transmisi manual yang bertahun-tahun digunakan Jimny gen II di Indonesia sudah pensiun.
Kabarnya semua Jimny yang hadir di Indonesia akan mengandalkan transmisi otomatis 4 percepatan.
Dengan transmisi otomatis, rasio gigi tentunya akan lebih halus. Ini akan jadi keuntungan lebih saat digunakan di jalan aspal.
Terutama saat di jalan bebas hambatan, dengan rasio gigi 0.696 pada gigi 4, rasanya Jimny gen III bisa melaju dikecepatan ideal pada putaran mesin yang tidak tinggi.
Tentu ini membantu konsumsi bahan bakar lebih irit saat cruising. Imbas dari rasio gigi yang halus tentu akan mengurangi kapabilitasnya di trek off-road.
Untuk memperkecil kendala tersebut, JB43 khusus transmisi matic punya low range ratio lebih besar ketimbang manual.
Rasio low gear yang diterapkan adalah 2.643, rasio ini lebih besar ketimbang transfercase milik SJ410.
Untuk mengaktifkan penggerak 4x4, sudah tidak lagi menggunakan tuas transfercase. Jimny gen III sudah mengaplikasikan sistem elektronik, dengan cara menekan tombol di dashboard tengah.
Ada tiga tombol bertuliskan 2WD, 4WD, dan 4WD-L untuk menghidupkan 4x4 dan mengembalikan ke 2WD. Saat memasukkan penggerak 4x4 Hi Gear,
sama seperti kendaraan penggerak ganda lainnya. Bisa diaktifkan dalam kondisi jalan atau shift on the fly.
Namun untuk 4x4 Low Gear, harus benar-benar berhenti dan posisi gigi berada di Neutral (N). Lalu, tekan tombol dengan dengan tulisan 4WD-L.
Kaki-kaki
Mempertahankan durabilitas yang baik sebagai kendaraan off-road. JB43 ini tetap menggunakan gardan solid di depan dan belakang.
Namun sudah mengalami perubahan konstruksi kaki. Sekarang suspensi per daun atau leaf spring sudah tidak digunakan.
Jimny gen III mengadopsi sistem suspensi 3 Link-Arm di depan dan belakang. Dan tugas menanggung beban Jimny diserahkan pada per keong atau coil spring.
Dengan sistem kaki seperti ini, kesan bantingan keras khas Jimny pada generasi sebelumnya pun hilang.
Bantingan lebih lembut pun terasa saat menginjak lubang dan jalan tidak rata. Sesuatu yang tidak bisa dirasakan pada suspensi standar Jimny generasi sebelumnya.
Penyempurnaan kaki-kaki peruntukan off-road pun jelas terlihat saat melihat gardan depan. Sistem steering sudah pindah ke belakang gardan.
Long tie-rod pun aman dari benturan saat melewati jalur off-road.
Sedangkan gardan belakang disempurnakan konstruksinya. Kalau mengintip link-arm gardan belakang tampak ukurannya yang besar dan kokoh.
Bentuk arm ini menggunakan model konstruksi H Steel. Dan link-arm ini terlihat panjang, agar menghasilkan travel suspensi yang panjang.
Satu lagi yang hampir tidak ketahuan, rupanya Jimny JB43 yang kami uji ini sudah menggunakan Limited Slip Diferential (LSD) di gardan belakang.
Sistem LSD ini baru akan aktif kalau kita menggunakan penggerak 4x4. Semoga ini jadi varian standarnya...