JIP - Pembaca setia JIP yang tidak pernah absen baca pasti ingat, sekitar enam tahun lalu kami sempat melakukan test drive singkat Suzuki Jimny Generasi III pada akhir tahun 2011.
Waktu itu, kita jajal Jimny tipe JB43 yang didatangkan oleh Importir Umum (IU). Dan untuk kendaraan 4x4 sekecil ini, harganya cukup fantastis pada saat itu, butuh dana sekitar Rp 400 jutaan buat memilikinya.
Dengan harga yang sedemikian tinggi, pasti membuat banyak orang jaga jarak. Padahal, peminat Jimny generasi ke tiga ini tidak sedikit.
Bahkan, kalau menemui beberapa penyuka Jimny, mereka mau beli kalau harganya sedikit lebih murah dari itu.
Nasib, Jimny Gen III masuk ke Indonesia pun kembali buntu.
Lama tidak terdengar kabar, akhirnya kelanjutan Suzuki Jimny generasi ke tiga kembali menemukan titik cerah.
Tahun lalu di sebuah gelaran pameran mobil terbesar di Indonesia, sosok penerus keluarga Jimny ini pun muncul di booth Suzuki.
Artinya, ada setitik harapan kalau Jimny yang masuk di Indonesia tidak putus digenerasi ke dua.
Terpampangnya Jimny gen III ini di area Suzuki saat pameran berlangsung. Banyak menarik perhatian pengunjung, dan tidak sedikit lontaran pemesanan unit.
Animo yang besar terhadap Jimny inilah akhirnya membuka mata pihak Suzuki.
Dan rencananya PT. Suzuki Indomobil Sales sebagai Agen Pemegang Merk (APM) di Indonesia akan launching pada bulan Juli ini.
Sudah 36 tahun sejak generasi kedua muncul, Suzuki Jimny cukup lama bertahan dengan model ini di Tanah Air.
Bahkan Suzuki di Indonesia terus memproduksinya hingga tahun 2005 lewat tipe Katana, lalu terhenti begitu saja.
Padahal, generasi ke tiga Jimny sudah muncul sejak tahun 1998 di Jepang.
Sejak tahun 98 hingga sekarang, sudah beberapa kali perubahan bentuk bodi Jimny.
Ada empat kode bodi pada Jimny gen III, yaitu JB23, JB33, JB43, dan JB53. Varian yang masuk ke Indonesia adalah tipe JB43,
atau biasa dikenal dengan sebutan Jimny Wide karena bentuk fender lebar.
Saat menyambangi markas Suzuki di Jakarta Timur, tampak ada perbedaan dari yang sebelumnya kami coba.
Padahal, kode bodi Jimny sama-sama JB43. Ada perubahan cukup banyak pada fascia, grill yang digunakan sekarang sudah terpisah dari kap mesin.
Bagian kap mesin ada pemanis air scoop, yang sebenarnya tidak berfungsi. Dan bumper sudah dipasangkan fog lamp, sedangkan sebelumnya tidak.
Kesimpulannya, sosok Jimny gen III seperti inilah yang bakal resmi dimasukkan oleh Suzuki ke Indonesia.
Dan menurut kabar burungnya, dengan harga jual dikisaran 200 jutaan lebih. Berhubung belum dilaunching saat menyambangi Suzuki, harga pastinya belum mau dibocorkan.
Mesin
Wajah baru, sumber tenaga tentu harus baru. Kalau sebelumnya Jimny di generasi ke dua selalu berkutat dengan mesin 1000 cc, generasi ke tiga ini sudah menggunakan mesin bensin 1300 cc.
Mesin berkode M13A yang digunakan masih dalam satu keluarga dengan Suzuki Swift. Soal tenaga, mesin ini jauh dari kesan bolot Jimny khas generasi sebelumnya.
Saat menjajal akselerasi, terasa cukup menjambak buat sosok Jimny. Aplikasi DOHC 16 Valve dan sistem camshaft VVT, menghasilkan tenaga optimal sejak putaran awal.
Secara spesifikasi mesin ini menghasilkan tenaga 83.8 hp pada puncak putaran mesin 6000 rpm, dan torsi tertingginya 110 Nm pada putaran mesin 4100 rpm.
Tenaga ini hampir dua kali lipat lebih besar ketimbang Jimny gen II yang menggunakan mesin F10A kapasitas 1000 cc.
Dikenal sebagai kendaraan irit konsumsi bahan bakar di ranah 4x4, tetap dipertahankan oleh Suzuki.
Memang kita tidak mengujinya secara langsung, tapi lewat data dari brosur Jimny serupa, konsumsinya 7.8L/100 km atau 12.8 km/Liter. Hampir setara dengan city car bukan?
Sayangnya, pengetesan hanya dilakukan di area parkiran Suzuki, jadi belum bisa mencobanya secara optimal.
Yang bikin penasaran, apakah mesin ini sudah pas antara power weight to ratio di medan off-road? Merasakan sekilas, rasanya Jimny gen III ini bakal jadi kendaraan off-road yang ‘menyenangkan’.
Transmisi
Membahas bagian drive train, transmisi manual yang bertahun-tahun digunakan Jimny gen II di Indonesia sudah pensiun.
Kabarnya semua Jimny yang hadir di Indonesia akan mengandalkan transmisi otomatis 4 percepatan.
Dengan transmisi otomatis, rasio gigi tentunya akan lebih halus. Ini akan jadi keuntungan lebih saat digunakan di jalan aspal.
Terutama saat di jalan bebas hambatan, dengan rasio gigi 0.696 pada gigi 4, rasanya Jimny gen III bisa melaju dikecepatan ideal pada putaran mesin yang tidak tinggi.
Tentu ini membantu konsumsi bahan bakar lebih irit saat cruising. Imbas dari rasio gigi yang halus tentu akan mengurangi kapabilitasnya di trek off-road.
Untuk memperkecil kendala tersebut, JB43 khusus transmisi matic punya low range ratio lebih besar ketimbang manual.
Rasio low gear yang diterapkan adalah 2.643, rasio ini lebih besar ketimbang transfercase milik SJ410.
Untuk mengaktifkan penggerak 4x4, sudah tidak lagi menggunakan tuas transfercase. Jimny gen III sudah mengaplikasikan sistem elektronik, dengan cara menekan tombol di dashboard tengah.
Ada tiga tombol bertuliskan 2WD, 4WD, dan 4WD-L untuk menghidupkan 4x4 dan mengembalikan ke 2WD. Saat memasukkan penggerak 4x4 Hi Gear,
sama seperti kendaraan penggerak ganda lainnya. Bisa diaktifkan dalam kondisi jalan atau shift on the fly.
Namun untuk 4x4 Low Gear, harus benar-benar berhenti dan posisi gigi berada di Neutral (N). Lalu, tekan tombol dengan dengan tulisan 4WD-L.
Kaki-kaki
Mempertahankan durabilitas yang baik sebagai kendaraan off-road. JB43 ini tetap menggunakan gardan solid di depan dan belakang.
Namun sudah mengalami perubahan konstruksi kaki. Sekarang suspensi per daun atau leaf spring sudah tidak digunakan.
Jimny gen III mengadopsi sistem suspensi 3 Link-Arm di depan dan belakang. Dan tugas menanggung beban Jimny diserahkan pada per keong atau coil spring.
Dengan sistem kaki seperti ini, kesan bantingan keras khas Jimny pada generasi sebelumnya pun hilang.
Bantingan lebih lembut pun terasa saat menginjak lubang dan jalan tidak rata. Sesuatu yang tidak bisa dirasakan pada suspensi standar Jimny generasi sebelumnya.
Penyempurnaan kaki-kaki peruntukan off-road pun jelas terlihat saat melihat gardan depan. Sistem steering sudah pindah ke belakang gardan.
Long tie-rod pun aman dari benturan saat melewati jalur off-road.
Sedangkan gardan belakang disempurnakan konstruksinya. Kalau mengintip link-arm gardan belakang tampak ukurannya yang besar dan kokoh.
Bentuk arm ini menggunakan model konstruksi H Steel. Dan link-arm ini terlihat panjang, agar menghasilkan travel suspensi yang panjang.
Satu lagi yang hampir tidak ketahuan, rupanya Jimny JB43 yang kami uji ini sudah menggunakan Limited Slip Diferential (LSD) di gardan belakang.
Sistem LSD ini baru akan aktif kalau kita menggunakan penggerak 4x4. Semoga ini jadi varian standarnya...