First Drive, Ini Alasan Kenapa Toyota C-HR Bisa Fun to Drive

Nabiel Giebran El Rizani - Kamis, 3 Mei 2018 | 15:00 WIB

Toyota C-HR punya handling menyenangkan (Nabiel Giebran El Rizani - )

Jip.co.id - Pada pengetesan awal kami di jalan, terkuak bahwa Toyota C-HR punya potensi soal keasyikan berkendaranya.

Dibekali mesin 1.798 cc 4 silinder VVT-i, Toyota C-HR melecut hingga 141 dk dan torsi 174 Nm yang disalurkan via transmisi CVT ke roda depan (FWD).

Soal tenaga besar mestinya tidak spesial karena kapasitas mesinnya memang besar, tapi yang menarik adalah grafik tenaga (powerband) yang sudah bergeliat sejak putaran rendah-menengah.

Sehingga memberi akselerasi responsif tanpa mesin harus meraung di putaran tinggi.

Rianto Prasetyo
Toyota C-HR menggunakan sasis TNGA
Lalu soal transmisi.

Ia menggunakan transmisi CVT yang terkenal halus mentransfer tenaga, namun CVT punya stigma minimnya keasyikan karena tak ada hentakan saat berakselerasi keras.

Faktor itu kemudian disiasati Toyota dengan memberikan efek shifting saat putaran mesin mendekati redline.

(BACA JUGA: Trik Untuk Melewati Medan Offroad)

Jadilah Toyota C-HR seperti mobil dengan transmisi gigi ketika ia dipacu kencang.

Kemudian soal handling Toyota C-HR.

Aplikasi sistem suspensi double wishbone di roda belakang terbukti efektif menjaga stabilitas sekaligus kenyamanannya.

Trybowo Laksono
Suspensi double wishbone di roda belakang Toyota C-HR
Saat berayun, roda cenderung tegak lurus sehingga konsisten menjaga bidang kontaknya dengan aspal.

Grip pun optimal tanpa suspensi harus diset sedemikian keras.

(BACA JUGA: Ini Cara Untuk Meninggikan Mobil 4x4 Anda)

Tak lupa peran sasis di generasi TNGA (Toyota New Global Architecture) yang diklaim lebih rigid 30-65% dari mobil-mobil  sebelumnya.

Dio / GridOto.com
Tuas transmisi Toyota C-HR dengan mode manual
Sayang paddle-shift yang biasanya bisa memberi tambahan rasa fun to drive, absen di Toyota C-HR.

Soal ini Toyota memberi penjelasan bahwa, rasa asyik itu justru didapat dari mode manual yang diaktifkan via tuas persneling.

Sehingga rasa natural ala mobil bertransmisi manual lebih mudah didapatkan saat ‘shifting’ via tuas, bukan paddle-shift.