Jip.co.id - Biasanya, kami bertemu dengan pemilik Jimny yang berasal dari kalangan off-roader. Atau setidaknya mereka yang banyak nongkrong di bengkel-bengkel off-road.
Namun, pemilik Jimny Sierra kali ini tergolong istimewa. Di kalangan otomotif Nasional, nama Wiewie Rianto lebih terkenal sebagai mekanik drag race, balap turing, dan reli.
Semuanya cukup jauh dari mobil jangkung penggerus lumpur. Malah, bengkel yang dikelolanya, Firna Protechnik, didominasi mobil jagoan aspal.
Di arena drag race, kendaraan racikan Wiewie masih memegang waktu tercepat di Sentul, dengan 0-400 m dalam 9,3 detik!
Baca Juga: Buat yang Masih Goyangkan Mobil Saat Isi BBM, Silakan Masuk!
Di balap turing, mobil buatannya kerap mengantar Sunny Suprapto mendominasi podium Sentul.
Di ajang reli, Rifat Sungkar dan Subhan Aksa jadi saksi kelihaiannya mengolah mesin dan suspensi.
Tapi, dia tak pernah main off-road, setidaknya untuk konsumsi kompetisi. Salah satu pasien sekaligus teman akrabnya adalah Hedi A Sugandhi, penggemar otomotif yang cukup dikenal di wilayah Jawa Barat.
Pria yang lebih populer disapa H Gandhi itu juara Nasional reli 2001, yang kala itu persiapan kendaraannya ditangani oleh Wiewie.
H Gandhi kini lebih aktif di speed off-road dengan Sierra yang dulu merajai kelas 1.000 cc, sekarang sudah naik kelas Cherokee.
Mumpung lagi musim modifikasi Jimny, Wiewie pun kena “racun” jip Suzuki itu.
“Waktu itu, saya dibilangin, ada bahan bagus di Bandung. Langsung saya bayar tanpa lihat kondisinya. Begitu lihat, memang harganya cukup murah, tapi kondisinya lumayan mengenaskan,” cerita Wiewie.
Singkat cerita, ia pun mengemudikan sendiri bahan ‘Jimny’ itu ke Jakarta. Perjalanan penuh penderitaan itu dijalani Wiewie dengan pasrah.
Toh, ini seolah memotivasi untuk membangun Jimny itu dengan serius.
Satu yang perlu kita pahami, Wiewie sudah terbiasa membangun mobil kompetisi dengan prosedur yang benar, tanpa kompromi.
Baca Juga: Mau Modifikasi Jimny Tampil Simpel dan Keren? Ini Dia Tipsnya
Itu salah satu kunci keberhasilannya di arena balap. Dan, itu pula prinsip yang dianutnya ketika membangun Sierra ‘Samurai’ ini.
“Kalau bisa, semua komponen harus buatan Jepang, asli untuk Jimny. Kalo gak ada di sini, ya kita pesan langsung ke Jepang, Australia, atau Amerika,” ungkapnya.
Perfeksionis dalam soal prosedur. Begitulah cara kerja Wiewie.
Dari sasis yang dibangun kembali dengan benar, sesuai spesifikasi pabrik. Sampai aksesori dan body part yang diimpor langsung dari Jepang.
Hasilnya memang istimewa. Saat membawanya untuk sesi pemotretan, kami seolah mengendarai Jimny keluaran showroom.
Malah, dalam beberapa hal terasa lebih sempurna. Dengan atap kanvas Bestop pun, pintunya tetap menutup sempurna layaknya mobil keluaran terkini.
Kabin hening! Handling mantap tanpa ayunan mengganggu khas Jimny lokal. Tenaga mesin ngisi terus.
Farewell F10A bawaan asli SJ410 Jimny lansiran tahun 1983 ini. Alasan penggantian mesin 1.0 liter ini lebirh dikarenakan kondisi yang tak lagi segar dan tenaga yang pas-pasan.
Gantinya mesin G13B yang diambil dari halfcut Jimny JB31. Mesin bervolume 1.3 liter ini dilengkapi dengan pemasok bahan bakar injeksi elektronik single port.
Sebagai tuner balap, Wiewie tak lupa porting-polish kepala silinder, dan upgrade sistem exhaust. “Biar lebih enak aja, bukan untuk kompetisi kok.”
Transmisi 5 speed manual dan transfercase 2 speed part-time dicangkok bulat-bulat dari Jimny JB31. Sebagai informasi, JB31 merupakan Jimny dengan spesifikasi rasio gigi paling tinggi dari semua generasi II Jimny.
Tujuannya supaya jip mungil ini mampu menembus batas minimal kecepatan yang diberlakukan di Amerika. Dapat dikatakan bahwa JB31 merupakan copy paste SJ413 Samurai USDM.
Ah keren..!
Editor | : | Nabiel Giebran El Rizani |
KOMENTAR