JOGJA EXPERIENCE #1 2017, Explore The Jewel Of Java

Jumat, 26 Mei 2017 | 17:20 WIB

JIP - Jogjakarta Land Rover Community (JLRC) kembali menggelar acara 'Jogja Experience #1' pada 12-14 Mei 2017 di Kulon Progo. Acara ini mengangkat dan mengenalkan potensi wisata lokal, khususnya Kabupaten Kulon Progo.

Tak banyak yang mengetahui Jogjakarta masih menyimpan kekayaan alam yang terselubung di Perbukitan Menoreh. Meski wisata alamnya sudah mulai dibuka untuk umum, namun lokasi wisatanya belum terekspos secara maksimal. Dengan tema 'Explore The Jewel Of Java' JLRC bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DIY bersama-sama mengajak para peserta untuk mengenal lebih jauh wisata yang ada di Kulon Progo. Selain itu, lomba foto juga diadakan demi mengangkat nama Kulon Progo.

Tampak Gunung Sumbing dari Kebun Teh Nglinggo. Untuk mencapai ke lokasi harus melewati tanjakan yang cukup ekstrem dan berliku.

"Inti acara ini, semua teman-teman Landy di seluruh Indonesia bisa piknik bareng dan berbaur dengan keramahan masyarakat Kulon Progo. Mungkin destinasi wisata di sini sosialisasinya masih kurang merata dibanding Kabupaten lain, kita komunitas yang berdiri di Jogja coba mengangkat nama Jogja Istimewa," tegas Samoek selaku ketua acara JE #1.

Tiga kendaraan asal Bandung sejak siang sudah sampai di lokasi kemping Tinalah.

Pada hari pertama, peserta dari luar kota mulai berdatangan dan verifikasi di Lapangan Dekso, kemudian registrasi kedua di tepi sungai Tinalah, yang menjadi lokasi kemping, tepatnya di desa Purwoharjo. Peserta dari Jakarta, Bandung, Kebumen, Semarang, Malang dan Surabaya menyempatkan datang untuk menyemarakkan acara ini. Tarian tradisional Jathilan asal Kulonprogo selalu khas dengan kostum warna warni dengan selendang yang diikat di pinggang. Jathilan digambarkan sebagai seorang prajurit di medan perang yang menunggang kuda tiruan dari anyaman bambu.

Tarian tradisional Jathilan asal Kulonprogo selalu khas dengan kostum warna warni

Total peserta ada 80 Land Rover. Sorenya, peserta disambut dengan tarian tradisional Seni Jathilan. Dilanjutkan dengan ramah tamah sambil menyantap makanan khas desa Kulon Progo dan hiburan musik.

Sambutan di malam pertama oleh ketua JLRC dan ketua acara

Penyalaan api unggun oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata DIY, Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Kepala Desa Purwoharjo dan Dede Baskoro selaku Ketua JLRC sebagai tanda acara Jogja Experience #1 resmi dimulai. "Kami baru tahun-tahun ini menggeliat untuk memasyarakatkan wisata. Banyak wisata alam yang layak dikunjungi. Dengan adanya event ini, semoga Kulon Progo makin dikenal oleh masyarakat luas," sambut perwakilan dari Dispar Kab. Kulonprogo. Malam pertama berlangsung sangat meriah dan cair.

Penyalaan api unggun dengan instansi yang terkait menjadi simbol resmi pembukaan resmi acara ini.
Briefing peserta yang dipimpin oleh Sinchan dan Johan dalam mempersiapkan tour wisata ke desa esok paginya. Siapkan stamina!
Pak Prambudi peserta asal Jakarta turut meramaikan suasana dengan bermain harmonika di atas panggung hiburan. Mantap pak!
Om Riko jago juga berdendang. Hehe

Hari kedua pagi nan cerah dan segar, peserta mulai mengepak kembali tenda untuk bergegas ke tujuan selanjutnya. Teh dan kopi panas yang telah disediakan semakin lengkap dengan jajan pasar ala Kulon Progo, seperti geblek dan tempe benguk. Peserta dibagi menjadi beberapa grup sesuai track yang dipilih saat registrasi. Pukul 8 pagi peserta mulai line up sesuai grup dan track leader masing-masing. Awak JIP kebetulan bergabung dengan grup Medium 2.

Suasana pagi hari di lokasi kemping pertama di tepi sungai Tinalah.

Setelah keluar dari jalur utama, tak basa basi para peserta langsung disuguhi dengan tanjakan panjang dan berliku. Tujuan pertama kami puncak Suroloyo yang berada di ketinggian 900mdpl, jika beruntung pengunjung dapat melihat Candi Borobudur, jika tidak tertutup kabut. Untuk sampai ke puncak Suroloyo harus menaiki 290 anak tangga. Melihat sesuatu yang indah memang perlu usaha. Udara di sini cukup bikin badan menggigil. Sembari menunggu dan menikmati landscape Jogja, peserta bisa menikmati kopi Suroloyo. 

Salah satu peserta asal Jogja menyempatkan bersepeda downhill disela-sela acara.

Tak jauh dari situ, kami geser ke Kebun Teh Nglinggo. Banyak point of interest di sini, dari hamparan hutan pinus, kebun teh sampai gunung yang ada di sekitaran Jogja. Kita bisa melihat berbagai sisi, mulai Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing dan Gunung Merbabu. Jalan melalui desa-desa memang masih sempit dan rata-rata hanya bisa dilalui satu kendaraan. Meski demikian, secara keseluruhan infrasruktur di pedesaan yang ada di Kulon Progo bisa dibilang cukup merata, lantaran perjalanan ke desa terpencil sekalipun, jalanan sudah aspal. Sistem buka tutup pun tak hanya terjadi di Puncak Bogor. hehe.

Sungai Mudal menjadi salah satu destinasi wisata yang ditunggu-tunggu oleh para peserta.

Jam 12 menunjukkan waktunya makan siang. Saat regrouping, peserta mulai riuh di radio komunikasi, rupanya sudah tak sabar bermain air. Langsung kami bergegas ke wisata air Sungai Mudal dan Kembang Soka yang ada di Jatimulyo, Girimulyo. Menempuh waktu kurang lebih 1 jam dengan kecepatan 50 km per jam. Tak perlu menunggu lama, peserta lekas berendam di Sungai Mudal sampai pukul 4 sore. Segarnya!

Desa-desa di Kulonprogo memiliki topografi dengan kemiringan cukup terjal dengan ketinggian rata 300-900 mdpl. Potensi geografis yang berbukit-bukit menyajikan pemandangan indah yang tak kalah rupawan dengan wilayah lain di Jogjakarta.

Sebelum perjalanan hari ini berakhir, semua peserta diajak ke destinasi wisata Tebing Gajah. Di ketinggian 810 mdpl, kita bisa melihat landscape perbukitan dan Waduk Sermo yang luar biasa memukau. Lokasi ini menjadi spot favorit, semua mata tertuju pada kekayaan alam yang tersaji. Patut diacungi jempol! Wisata yang ada di Kulon Progo memang sangat Instagramable.

Para peserta terpana dengan keindahan pemandangan bukit Menoreh dari Tebing Gajah.
Instagramable

Peserta terlihat puas selama kunjungan wisata. "Perjalanannya semua lengkap, nggak boseni, acaranya jelas. Pokoknya kalau JLRC bikin acara the bestlah," tutur Zuhri dari komunitas Movers.

Senja pun melambai, saatnya kami bergegas turun bukit mengingat jalan yang dilalui single track dan rawan longsor. Sore menjelang pukul 6, seluruh peserta disambut panggung hiburan Menoreh Night Festival serta pelepasan lampion di tepi Waduk Sermo. Pukul 8 malam peserta menuju ke Campsite 2 di Wisma Sermo untuk istirahat dan bebakaran.

Acara berlangsung sangat intim dan meriah berkat dukungan dari para pecinta Land Rover, Forum Lintas Komunitas Peduli Wisata Jogja, Kopi Negri Jurgen, Dwi Pari Abadi, Gembira Loka, AP Cargo, Ray Digital, SAR DIY, Kaboa, Terrafirma, dan Jogja Istimewa.

Awan-awan bertebaran saat senja di perjalanan menuju Waduk Sermo.

"Kami punya kebanggan tersendiri bisa dipercaya oleh Dispar DIY. Secara pribadi saya bangga sama teman-teman, kita semakin solid, semakin akrab dan maju. Saya nggak menyangka hasil kerja acara ini dan apresiasi baik dari teman-teman Landy di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan kedepannya kami bisa dipercaya lagi oleh Dispar Propinsi untuk membuat event yang serupa atau lebih lagi. Kita selalu siap!" tutup Dede Baskoro selaku ketua JLRC.

Brotherhood, humanity and adventure! Itu yang selalu dijunjung oleh JLRC. Tetaplah jaga alam kita! Ferlie Milawanti