Event Meratus Expedition II 2017 Barabai-Batulicin, Sambutan Sungai Besar

Rindra - Senin, 12 Juni 2017 | 15:47 WIB

(Rindra - )

JIP - Hari ke lima, semua peserta siap-siap masuk ke Track 2. Inilah ‘pestanya’ jalur MEX II 2017, menuju jalur gila Meratus.

“Menurut info dari survei Syamsir beberapa bulan lalu, jalurnya sempit dan banyak handicap V,

alur air selebar dan sedalam mobil, juga lumpur pekat.

Sudah pasti, yang pakai mobil besar bakal sengsara,” kata Firzal Muzaffar, peserta pengguna Wrangler JK dari Makassar, Sulawesi Utara.

Alur air selebar dan sedalam mobil

Penasaran dengan trek, kami rombongan Media coba berunding tentang trek dengan pak Syamsir.

“Nanti di dalam ada dua buah sungai besar yang kita lalui, salah satunya sangat lebar dan arusnya deras.

Semoga air sungai tidak besar pas kita lewat sana,” jelasnya.

Lumpurnya hampir se tinggi mobil

Dari Sengayam bergerak 24 kilometer masuk ke daerah Banian.

Inilah mulut Track 2, jalur nerakanya MEX 2017! Handicap alur air dan V sudah menyambut tidak jauh setelah masuk, tapi tidak jadi kendala.

Ada handicap V yang cukup dalam di WP (Way Point) 79.

Sebelum kesusahan, team Bekantan, Leopard, dan Elang Borneo kembali gotong royong bikin jembatan.

“Untungnya ada jembatan kecil untuk motor warga melintas, ini kita manfaatkan diperkuat dan diperlebar jadi jembatan mobil,” ucap Ery Rinzani yang mengendarai Defender 110.

Team kembali membuat jembatan

Sadar bobot kendaraan yang berat, Ery kerap memperbaiki permukaan handicap setiap kali melewatinya.

Jadi peserta yang di belakang tidak terlalu mendapat imbas trek babak belur.

Kalau baca buku tulip, seharusnya semua rombongan bisa masuk di BC 4, sebelah Sungai Langkuid.

Sungai besar pertama yang akan diseberangi peserta. Tapi dengan jarak sekitar 11 kilometer,

menuju ke sana gampang-gampang susah, karena membentang berbagai handicap seperti V,

sungai, tanjakan batu, alur air, dan lumpur.

Sungai Langkuid, tepiannya dipenuhi rawa yang menyulitkan peserta

Semua peserta masih semangat, dan hampir 50% bisa tiba di BC 4 pada hari yang sama, walaupun matahari sudah terbenam.

“Jalannya banyak yang sudah diperbaiki oleh team di depan kami, jadi yang di belakang tinggal lewat saja tidak perlu susah-susah,”

ucap Suddin, peserta Malaysia yang sudah akrab dengan alam Borneo.

Di BC 4 saya dengan Media 2 camping kira-kira 200 meter dari pinggir sungai,

karena lahannya penuh dan ada satu kubangan lumpur dalam untuk masuk ke BC 4.

Jadi diputuskan untuk besok pagi saja melewatinya, sarapan winching!

MEX kali ini kerap melewati sungai bersih

Esok hari, rupanya satu rumah penduduk dibeli dan dirobohkan untuk akses jalan peserta.

“Jadi tidak perlu susah payah nge-winch. Karena terakhir di sini sudah harus triple line supaya lolos,” ucap H. Bahrani.

Rumah warga dibeli dengan harga cukup fantastis, demi akses jalan peserta

Satu per satu kendaraan mendekati tepi sungai selebar 50 meter ini.

Dasar sungai batu-batu besar, yang kendala adalah kedua sisi sungai.

“Sisi sungainya rawa, kita setengah mati buat lewat karena lumpurnya yang dalam.

Padahal jarak rawanya tidak jauh,” ucap Eric Tanzil dari dalam Toyota seri 70 yang ditungganginya.

Butuh waktu berjam-jam kendaraan keluar dari rawa.

Satu set kaki-kaki FJ-Cruiser dikirim lewat klotok

Alhasil, kami hanya bergerak 150 meter ke tepi sungai. Itu pun setelah melintasi sedikit rawa menuju tepi sungai.

Waktu sudah sore hari, dan mulai gelap. Semua peserta sepakat untuk berhenti dan melanjutkan saat terang.

Cuma 20 meter tapi butuh berjam-jam agar tuntas

“Kita harus cari jalur baru, yang belum hancur. Kalau tidak setengah mati lewat rawa yang sudah tergerus tersebut,”

ucap Carolies dari team Anoa. Akhirnya team Elang Borneo dan Kancil yang dapat kesempatan buka jalur baru.

Santai dulu sambil nunggu giliran

“Jalannya lebih asik, kami bisa keluar dari area rawa ini tanpa winch sama sekali,”

tutur Anang dari team Elang Borneo yang membuka jalur pertama.

Dengan adanya jalur baru begini, pasti antriannya tidak terlalu lama di BC 4.

Kami bisa keluar dari area rawa ini tanpa winch sama sekali

Lepas dari rawa, trek mulai merayap ke daerah lebih tinggi.

“Agar sampai di sini, as roda dan locker sampai jebol,”

ucap Eric yang sudah menunggu sparepart semalaman.

Baru jalan beberapa ratus meter, sudah ada handicap V kecil yang menghadang.

Beberapa ratus meter lagi, jumpa dengan V lagi. Untungnya handicap V tidak ada yang dalam dan banyak winching point pohon besar.

Dalam sehari, pasti sampai di BC 5 atau BC 6.

Handicap V kecil yang menghadang

“Letak BC 5 & 6 berseberangan, hanya terpisah sungai besar,” jelas Syamsir.

Sungai ini dinamai Sampanahan, lebarnya sekitar 200 meter dengan arus yang cukup deras.

Saat normal, ketinggian air sungai hanya setengah ban ukuran 35”. Namun, saat debit air naik, jangan coba-coba untuk menyeberang.

Sungai Sampanahan, siap menyambut peserta dengan arus deras

Sungai Sampanahan ini biasa dijadikan akses warga di desa untuk keluar ke kota,

menggunakan kelotok (perahu bermotor). “Tapi kami tidak berani turun ke sungai, kalau debit air sedang tinggi,”

ucap salah satu warga yang sedang nonton peserta MEX menyeberangi sungai. Beruntung,

saat peserta tiba di sungai Sampanahan, debit air sedang turun, padahal dua hari sebelumnya air sedang naik tinggi.

“Saat survei, debit air sempat naik, dan satu kendaraan UTV hampir hanyut.

Untungnya bisa cepat direcovery,” ucap Syamsir. Untuk menjaga keamanan peserta,

disediakan team SAR di kedua sisi sungai Sampanahan.

Kendaraan peserta pun baru dapat menyeberang atas aba-aba team SAR, dan mengikuti arah arus sungai.

Team SAR yang membantu proses penyeberangan peserta

Saking lebarnya sungai ini, dimensi kendaraan pun jadi terasa sangat kecil begitu berada di tengah sungai.

Dan terlihat jalannya terhuyung-huyung karena terdorong arus yang cukup besar.

“Batu di dasar sungai banyak yang besar, jadi cukup sulit mengarahkan mobil.

Bahkan saya harus kehilangan kopel belakang dan tie-rod bengkok, karena menabrak batu besar,” jelas Hari dari team Anoa.

'Berenang' ikut arus menuju tepian

Hari ke delapan, peserta yang berhasil menyeberang baru 7 team atau 29 kendaraan.

“Diharapkan hari ini semua peserta bisa sampai di Sampanahan dan menyeberang.

Mumpung debit air sungai sedang normal,” ucap Syamsir saat briefing pagi hari.

Rupanya alam masih bersahabat, dan memberi kesempatan seluruh peserta untuk menyeberangi sungai Sampanahan.

Padahal, masuk hari ke delapan MEX II 2017, hujan selalu mengguyur lebat setiap harinya... Rindra Pradipta