JIP - Bengkel Audi di bilangan Puspowarno, Semarang bukanlah bengkel mewah dengan bangunan megah.
Bangunan tua model rumah Jawa, Limasan, menjadi bangunan utama. Luasnya pun saya pikir, tidak lebih dari 130 m2.
Teras depan dimanfaatkan untuk menggarap semua bodi Toyota FJ40 yang akan direstorasi.
Hampir tidak ada ruang luas untuk sekadar ngobrol ngumpul lebih dari 5 orang. Pun kalau ada, pasti mepet-mepet dengan bodi-bodi FJ40 yang tengah direstorasi.
Masuk bagian dalam, Saya menemui banyak lagi part-part lama Toyota FJ40. Rata-rata semuanya barang seken.
Adar yang tertata rapi namun adapula yang berserakan. Satu ruangan berpintu geser, menjadi ruang utama pusat operasional bengkel.
Di ruang inilah Johan Budi Handoko, pemilik bengkel Audi dan Abdurrahman Wahid mendiskusikan project Toyota FJ25 Customize.
Mungkin proyek ini dianggap pecinta Toyota FJ40 cukup nyleneh. Apalagi ‘bahan’ yang dipakai untuk membuat FJ25 custom dari Toyota FJ40 produksi tahunn 1964 yang relatif cukup sempurna.
Pun usah direstorasi, Toyota FJ40 tahun 1964 sudah pasti punya nilai tinggi. Apalagi kalau direstorasi.
Tapi ini, Om Johan dan Mas Wahid—demikian kedua orang ini dipanggil, justru kekeuh untuk tetap melanjutkan project nya.