JIP.CO.ID - Pada perkembangannya, mesin diesel memang tidak secepat mesin bensin.
Namun, bila dibandingkan dengan saat Rudolf Diesel menemukan mesin ini pada 1897, mesin diesel telah berkembang pesat.
Hadirnya teknologi common rail merupakan salah satu langkah revolusioner di mesin diesel.
Sebelum mesin diesel common rail hadir, yang ada adalah mesin dieselkonvensional.
"Kontrol mesin diesel konvensional masih mengandalkan gerakan kabel besi penghubung dari pedal gas, putaran komponen yang bisa menggeser pintu besar atau kecilnya solar, dan lain-lain," terang Iwan Abdurahman, Workshop Department Head Technical Service Division Toyota Astra Motor.
Dengan kata lain, sistem pengiriman bahan bakar mesin diesel konvensional masih mekanikal.
(BACA JUGA: Mesin Diesel Ngadat Kalau Bahan Bakar Tinggal Seperempat Tangki, Mitos Bukan Ya?)
Jadi semakin dalam pedal gas diinjak, semakin banyak bahan bakar yang dikirimkan.
"Kalau common rail, mulai dari injakan pedal gas, rpm mesin, panas mesin, dll diatur oleh sensor. Itu semua pakai ECU untuk menentukan kapan dan berapa banyak solar yg harus di semprotkan ke dalam ruang bakar," lanjut Iwan.
Jadi bahan bakar yang dipakai atau disemprotkan sesuai dengan kebutuhan mesin.
Hal ini yang membuat mesin diesel common rail lebih efisien dan bertenaga dibanding mesin diesel konvensional.
Namun, teknologi common rail ini wajib dipadu dengan turbocharger dan sistem direct injection.
Konsekuensinya tekanan pada sistem bahan bakar mesin diesel common rail sangat tinggi.
Tekanan bahan bakar diesel common-rail berkisar 1.600-2.000 bar sedang diesel konvensional hanya mencapai 176-225 bar.
Oleh karena tekanan sistem bahan bakarnya tinggi, mesin diesel common rail membutuhkan bahan bakar berkualitas tinggi yang rendah kandungan sulfur.