Trik Optimalkan ECU Cherokee

Nabiel Giebran El Rizani - Rabu, 16 Mei 2018 | 17:30 WIB

Mesin Jeep Cherokee (Nabiel Giebran El Rizani - )

Jip.co.idMesin Jeep Cherokee populer di kalangan off-roader.

Malah, di kalangan penggemar kompetisi, dari adventure sampai speed off-road, mesin 4.000 cc 6 silinder sebaris itu digemari lantaran torsi dan tenaganya cukup besar, serta sistem injeksi elektroniknya yang handal di trek-trek miring.

Tak heran, jika banyak trik-trik mengupgrade tenaga yang sudah jamak diterapkan.

Dari korekan kepala silinder, penggantian noken as (camshaft), header, modifikasi timing belt, sampai penggantian ECU dengan versi aftermarket.

Semuanya memang efektif, namun butuh biaya yang cukup besar.

Sebenarnya, ada beberapa cara meningkatkan tenaga yang lebih ramah kantung.

Dengan tambahan peranti tertentu, namun butuh sedikit modifikasi pada ECU-nya.

Ini bagian dari nosel injektor tambahan pada intake – throttle body Cherokee
Salah satunya, trik yang digunakan yaitu dengan menambahkan nosel injektor tambahan pada intake manifold, yang hasilnya cukup signifikan.

Semua yang mendengar raungan mesinnya pasti paham, tenaganya terus ngisi dari putaran rendah sampai tinggi.

(BACA JUGA: Menjelang Mudik Ini Pilihan Roof Rack dan Roof Box, Mulai Rp 1 Jutaan)

Meski begitu, ubahan seperti ini bukan hal yang simpel.

Butuh modifikasi pada ECU, agar nosel tambahan dapat bekerja optimal.

Modifikasi ECU dilakukan dengan cara mengganti resistor X-tal, yaitu resistor pengaman IC ECU.

Resistor X-tal ini ditukar dengan yang memiliki hambatan lebih kecil, dapat ditemukan di toko elektronika.

Untuk itu, harus mengukur dulu dengan multimeter, karena tiap varian mesin berbeda-beda.

Penggantian resistor ini akan berakibat input pada sensor bensin menjadi lean atau kering, dan limit RPM juga naik.

(BACA JUGA: Ingin Suzuki Ignis Bergaya Rally Look, Ini 4 Referensi Pelek Yang Oke)

Nilai kenaikan limit RPM mesin ini berbanding lurus dengan pengurangan nilai hambatan resistor pengganti pada X-tal IC ECU tersebut.

Penurunan nilai hambatan 10%, biasanya akan mengakibatkan kenaikan limit putaran mesin kisaran 1.000 rpm, dan penurunan AFR (air fuel ratio) di kisaran 10%.

Begitu juga jika penurunan nilai hambatan 20% akan mengakibatkan kenaikan putaran mesin kisaran 2.000 rpm, dan penurunan AFR kisaran 20%.

Bagian resistor X-tal yang diganti
Perubahan ini juga bisa diaplikasikan untuk balap yang membutuhkan menaikkan limit rpm dari kondisi standar ECU bawaan pabrik, tanpa menambahkan alat untuk manipulasi data semacam piggy back.

Contoh kasus pada mesin Cherokee CID 242 yang banyak digunakan untuk offroad di Indonesia.

Penggantian resistor X-tal dengan nilai tahanan lebih kecil 10% akan menaikkan batasan putaran mesin, dari 5.200 rpm menjadi 6.000 rpm, dan sekaligus akan membuat pasokan bahan bakar menjadi lean (kering).

Pasokan bahan bakar yang kering akan merugikan untuk aplikasi balap, oleh karena itu disiasati dengan menambahkan satu injector dengan kapasitas 200 cc.

(BACA JUGA: Modifikasi Toyota FJ40 Asal Solo)

Ini bisa diambil dari Toyota Vios, dan dibikinkan braket adaptor dari aluminium cor yang dipasang di bawah throttle standar.

Input pulsa injector tambahan tersebut dipasok menggunakan pulsa negatif (-) dari ke enam injector standar, dan positif (+) dari listrik kontak.

Input pulsa negative (-) dari ke enam injector standar wajib dibuatkan modul, untuk memparalelkan menjadi satu buah pulsa negative (-), sebagai input injector tambahan.

Input bahan bakar ke injector tambahan ini diparalelkan dari slang bahan bakar standart menggunakan slang T, memakai slang bensin high pressure karena pengaturan pressure bensin biasanya menggunakan FPR (fuel pressure regulating) disetel antara 35-40 psi.