Bedah Plus dan Minus Transmisi CVT

Senin, 10 Desember 2018 | 09:00 WIB

Transmisi otomatis CVT dengan mode manual

Jip.co.id - Transmisi CVT (Continuosly Variable Transmission) merupakan salah satu jenis transmisi otomatis yang dipakai mobil di ada di Indonesia.

Mobil penganut transmisi CVT di Indonesia contohnya adalah Honda HR-V, Toyota C-HR, dan Nissan Juke.

Transmisi CVT menggunakan sepasang puli (drive pulley dan driven pulley) yang dihubungkan oleh sebuah belt atau sabuk baja.

Kedua puli yang terhubung sabuk baja ini bisa membesar dan mengecil (bergerak ke kiri atau ke kanan) berdasar perintah komputer sesuai dengan putaran mesin dan laju mobil.

Perubahan kedua puli ini membuat diameter sabuk ikut berubah.

Radityo Herdianto
Transmisi Otomatis CVT yang Sedang Diperbaiki di Bengkel Worner Matic
(BACA JUGA: Cek Mobil Sebelum Berangkat Dengan Metode POWDER, Apa Tuh?)

Diameter inilah yang menjadi rasio gigi pada transmisi CVT.

"Diameter sabuk tersebut yang menjadi rasio gigi di transmisi CVT sehingga rasio gigi sangat luas dibandingkan dengan transmisi konvensional yang rasio giginya memiliki tingkatan," buka Hermas Efendi Prabowo, pemilik bengkel Worner Matic, Bintaro, Tangerang Selatan.

Karena rasio giginya luas, perpindahan giginya secara continuous sehingga tidak ada jeda dan hentakan di setiap perpindahan gigi.

"Transmisi CVT lebih nyaman digunakan karena halus dan tidak ada gejala hentakan setiap perpindahan gigi," ungkapnya.

Selain itu, Rasio gigi yang luas ini juga membuat transmisi CVT bisa menekan konsumsi bahan bakar mobil.

(BACA JUGA: Daihatsu Taft F70 Satu Ini Seperti Bangkit Dari Kubur)

"Rasio gigi yang luas membuat mobil bisa melaju di kecepatan tinggi namun putaran mesin tetap terjaga rendah, konsumsi BBM jadi lebih irit," jelas Hermas.

Namun, perpindahan gigi transmisi CVT yang menggunakan belt ini sekaligus menjadi kekurangannya.