Jip.co.id - Umumnya para pengguna mobil lebih memperhatikan kondisi oli mesin dan kapasitas tangki air radiator guna menghindari overheat.
Padahal suhu oli yang sangat mempengaruhi kemampuan transmisi dan juga durabilitasnya perlu diperhatikan
Jalan macet sebagai penggunaan ekstrem menjadi penyebab utama naiknya temperatur oli transmisi.
Apabila hal tersebut terjadi, maka kekentalan oli akan menurun, sehingga kemampuannya melakukan tugas pun turut menurun.
Pelat kopling tidak mendapat tekanan optimal dan menyebabkan pelat kopling slip atau malah hangus.
(Baca Juga: Coba Perhatikan 7 Hal Ini Agar Aki Mobil Anda Lebih Awet )
Pada dasarnya oli dari transmisi dialirkan keluar menuju media pendingin berupa oil cooler ataupun radiator.
Transmission oil cooler mampu mereduksi suhu Automatic Transmision Fluid (ATF) hingga 33˚C.
Hanya dengan menurunkan suhu 11˚C saja, akan mampu memperpanjang usia pemakaian transmisi secara keseluruhan.
Usia oli menjadi lebih panjang begitu pun dengan internal part transmisi, dapat dibayangkan jika unit ini tidak ada atau kurang maksimal.
(Baca Juga: Ini Dia Masalah yang Biasanya Melanda Rem Parkir Elektrik Mobil)
Untuk itu lakukanlah pengecekan rutin dan penggantian coolant jika sudah tiba waktunya.
Hampir semua mobil standar pabrik menggunakan radiator coolant untuk mengisi cairan radiator.
Namun beberapa pemilik mobil kerap menggantinya dengan air biasa/ledeng saat perawatan rutin.
Padahal, air biasa berpotensi mengandung kadar besi sehingga beresiko menimbulkan korosi.
“Kemampuan dalam menahan suhu mesin setiap water coolant itu berbeda. Jika ia memiliki titik didih yang sangat tinggi, maka kecenderungan untuk berifat korosif akan semakin tinggi. Sehingga cara terbaik adalah mengikuti spesifikasi anjuran pabrik. Selain coolant ideal, umumnya air AC bisa dijadikan alternatif pengganti coolant karena tidak mengadung kadar besi,” ujar Dadas Sanogotama, mekanik Suzuki Bintaro.