Misal untuk lampu bisa tuas yang diputar, atau klakson berupa tombol di tengah kemudi. Malah ada yang otomatis, seperti switch untuk menghidupkan extra fan, yang diaktifkan oleh suhu air radiator.
Jika sakelar masih bagus, maka tidak ada masalah. Namun lain ceritanya jika kondisinya jelek. Sakelar tidak dapat menghantarkan listrik dengan sempurna, sehingga akan menimbulkan panas yang dapat merusak kabel beraliran listrik, dan berujung hubungan pendek yang berpotensi membuat kebakaran.
Lebih celaka lagi, karena beberapa perangkat mobil seperti lampu utama, starter, dan AC mengonsumsi arus listrik yang relatif besar.
Artinya, arus listrik dipaksa mengalir dari sumber listrik (aki/alternator) di ruang mesin, ke dalam kabin (tempat sakelar), lalu ke perangkat listrik yang berada di luar kabin mobil. Alhasil, peranti yang menyambungkan arus sekaligus mengaktifkannya itu dipaksa bekerja ekstra keras.
Nah, di sinilah peran relay, yang bertugas sebagai sakelar, tapi untuk sakelar itu sendiri. Bingung kan?
Maksudnya begini. Relay memotong jalur aliran listrik yang panjang tadi (dari sumber listrik ke switch utama dalam kabin, lalu ke peranti listrik seperti lampu, dinamo, dll), sehingga aliran listrik dari aki/alternator langsung ke perangkat elektronik yang berangkutan.
Relay ini pun bekerja secara elektronik. Artinya, ia baru menyambung aliran listrik ke peranti yang membutuhkan, setelah ada perintah dari switch utama.
“Dengan arus kecil, sakelar (utama, red) menghidupkan relay. Dari relay inilah arus besar yang sebelumnya diakomodir oleh sakelar dihandle olehnya,” terang Fiddoh dari Hobbies Workshop di bilangan Jakarta Selatan. “Dengan demikian beban sakelar pun menjadi kecil, beban kerjanya ringan, dan tentu saja awet,” tutupnya.