Jip.co.id – Engine mounting dapat mengalami kerusakan seiring umur pakai, tapi hal ini dapat dideteksi gejalanya.
Ada dua cara, yakni dengan melihat fisiknya dan merasakan gejalanya.
“Melihat fisik engine mounting bisa memudahkan, tapi jika memang posisinya tidak tertutup oleh komponen lain,” tutur Rudi Ganefia Workshop Head Auto 2000 Krida di Cilandak, Jakarta Selatan.
“Biasanya kerusakan terjadi pada karet-karetnya yang kempis dan sobek,” imbuhnya.
Baca Juga: Adu Performa DFSK Glory i-Auto VS MG HS, Mana yang Lebih Unggul?
Rudi mengungkapkan, untuk tipe hidraulis, jika terjadi kerusakan akan terdapat rembesan cairan di sekitar mounting.
Cara kedua mendeteksi kerusakan engine mounting adalah dengan merasakan efeknya.
“Kalau kondisinya sudah buruk, biasanya tidak mampu lagi meredam getaran mesin terlebih saat melewati jalan berlubang atau polisi tidur,” ujar Rudi.
“Mesin akan terpantul-pantul karena karet-karetnya sudah aus,” ucap Rudi.
Menurut Rudi, ketika engine mounting rusak, mobil dalam kondisi idle getaran mesin akan terasa ke kabin.
Baca Juga: Ganteng, Isuzu D-Max Berhasil Tambah Sporty Pakai Gaya Ini
Selain itu, mounting transmisi juga bisa mengalami masalah.
Untuk mounting transmisi, cara mendeteksinya dengan memasukan transmisi dari netral ke 1 atau ke D pada transmisi otomatis.
“Jika terdengar bunyi jedug saat melepas kopling atau melepas gas, itu tandanya mounting transmisi sudah dalam kondisi yang tidak baik,” ungkap Rudi.
“Memang kerusakannya tidak merembet ke komponen lain, tapi jika engine mounting bermasalah akibatnya penyaluran tenaga mesin menjadi tidak optimal,” kata Rudi lagi.