JIP - Beruntung sekali JIP menemukan sebuah kendaraan 4x4 super kompak.
Namanya adalah Steyr-Puch Haflinger, yang merupakan kebanggaan produsen asal Austria, Steyr-Daimler-Puch atau kini dikenal dengan nama Magna Steyr.
Kendaraan 4x4 ringan ini memang kurang populer di pasar Asia, Amerika dan Australia, lantaran Steyr-Daimler-Puch fokus untuk kebutuhan militer domestik dan Eropa.
Di Indonesia, Steyr-Puch Haflinger masuk sebagai pesanan khusus untuk kebutuhan militer dan perusahaan nasional.
Konon, total populasi Haflinger yang terawat tak lebih dari 35 unit.
Dan salah satu pemilik yang beruntung adalah Sony Wasono Nugroho, yang menyimpan Haflinger dengan kondisi yang sangat terjaga.
Sony sendiri merupakan penggemar dan kolektor jip dan kendaraan 4x4.
Namun salah satu sahabatnya menawarkan Haflinger yang merupakan warisan dari sang ayah.
“Syaratnya mobil enggak boleh diapa-apain dan harus benar-benar dijaga,” terangnya sambil mengenang.
Hal paling menakjubkan adalah kondisinya yang masih sangat terjaga.
Namun yang misterius adalah tahun pembuatannya.
Sony sendiri tak terlalu yakin dengan tahun pembuatannya.
Namun, jika melihat sejarahnya, Haflinger diproduksi pada 1959 hingga 1975.
Dari beberapa sumber, kendaraan 4x4 ringan yang terkenal lewat penampilannya di serial TV legendaris asal Inggris, Doctor Who ini pertama masuk ke Indonesia pada 1962, baik versi sipil dan militer.
Di Indonesia, Haflinger pertama kali dipesan untuk keperluan kendaraan taktis (rantis) untuk kesatuan elite TNI pada dekade ’60-an.
Tercatat mulai dari pasukan pengawal Presiden Soekarno saat itu, Cakrabirawa dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat – sekarang Kopassus), pernah memakai rantis ringan 4x4 ini untuk tugas operasional.
Pada masanya, Haflinger terkenal bandel, meski bobotnya hanya setengah ton tapi mampu melahap medan off road yang lumayan berat.
Punya bobot yang ringan dan desain yang semi modular, menjadikan Haflingfer awalnya dilirik TNI untuk mendukung operasi militer lintas udara (Linud).
Ya, Hafliner didatangkan pada tahun 1962 guna mendukung mobilitas pasukan Linud yang kerap melakukan penerjunan lewat udara.
Kabarnya, Haflinger sempat masuk ke Indonesia dalam jumlah besar, yakni 1.500 dalam bentuk utuh (built-up), 500 unit dalam bentuk suku cadang.
Bahkan setelah pergantian pemerintahan, Indonesia masih mengimpor 200 unit Haflinger untuk kebutuhan perkebunan.
Jumlah tersebut terhitung sangat banyak, hingga mencapai enam persen dari seluruh produksi Haflinger kala itu.
Masuknya Haflinger ke Indonesia berkat kontribusi salah satu tim marketing Steyr-Daimler-Puch saat itu, Gerhard Ortner’s yang gigih menawarkan Haflinger kepada pemerintah Indonesia sejak dekade ’50-an.
Karena Indonesia tercatat sebagai pemesan terbanyak Haflinger, Steyr-Daimler-Puch memberikan paket spesial, salah satunya adalah indikator yang berbahasa Indonesia.
Pada dapur pacunya, Haflinger yang hanya berbobot 645 kg ini ditunjang mesin berbahan bakar bensin berkapasitas 643 cc twin horizontally opposed alias boxer dengan pendingin udara, yang terletak di belakang.
Bobotnya terbilang ringan untuk kendaraan 4x4, sehingga memungkinkan sebuah Haflinger dibopong empat pria dewasa.
Dari segi payload, kendaraan ini mampu memanggul beban 500 kg.
Sementara konfigurasi penumpang dapat mendukung 4 hingga 5 kursi.
Kembali ke Haflinger milik Sony, lantaran kondisinya yang cukup terawat, pehobi motor trail tersebut belum melakukan proses restorasi yang signifikan.
“Saya hanya membereskan jok saja, dilapis lagi agar tetap terlihat rapi,” ujarnya.
Sony juga tak terlalu khawatir mengenai ketersediaan suku cadangnya, lantaran bisa ditemukan dengan bantuan internet.
Sungguh beruntung memang. Pratomo FJ / Bimo SS
Editor | : | inne |
KOMENTAR