JIP - Per daun alias leaf spring boleh dikatakan sistem suspensi paling primitif di dunia otomotif.
Namun, sistem suspensi yang mengandalkan bilah-bilah per daun ini masih digunakan pada sejumlah produk, walau kian hari kiprahnya menghilang,
khususnya pada kendaraan penumpang.
Leaf spring suspension memiliki beberapa kelebihan, salah satunya, konstruksi sederhana namun kuat dan mudah dimodifikasi.
Sehingga cukup digemari kalangan off-roader hingga kini.
Suspensi per daun, terdiri atas dua bagian utama, yakni lembar per daun, dan sakle atau anting.
Tiap kendaraan menggunakan per daun yang sesuai spesifikasi masing-masing.
Bobot dan dimensi ikut mempengaruhi panjang dan ketebalan per. Demikian pula dengan sakel atau antingnya.
Walau sekilas merupakan alat sederhana, namun memiliki peran penting dalam kekokohan rancang bangun suspensi, dan juga kenyamanan.
Modifikasi yang paling sering dilakukan adalah menggunakan sakal yang lebih panjang.
Tujuannya untuk mendapatkan efek suspension lift. Walau terlihat sederhana, namun sebenarnya ada hitungan tersendiri untuk mendapatkan hasil lift ideal.
“Semakin panjang sakel, maka suspensi akan semakin tinggi,” terang Boim dari AJ 4Wheeldrive di bilangan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
“Namun, ada batas toleransi dalam mengganti sakel. Jadi tidak bisa asal panjang,” imbuhnya.
“Biasanya sakel bawaan asli kendaraan memiliki dua baut pengikat. Karena hanya memiliki batang sakel pendek, maka dua baut tersebut sudah cukup memadai,” terang Asep Rianto.
“Jika dipanjangkan, maka dimungkinkan terjadi lendutan pada sakel tersebut, sehingga dibutuhkan satu baut pengikat lagi supaya sakel tetap tegak rata,” sambung pria yang pernah menimba ilmu otomotif di Jepang ini.
“Tanpa kehadiran baut pengikat tersebut, sakel tidak akan kaku, sehingga pengendalian kendaraan akan serasa sempoyongan,” tambahnya.
“Apapun bentuknya, sakel harus memiliki rigiditas. Kelenturan per daun ini hanya boleh terjadi pada per dan bushing saja,” imbuh juragan Hale 4x4 Bandung ini.
Selain itu, batang (rod) yang mengikat per dan braket sasis haruslah dalam kondisi baik. “Tidak dibenarkan menggunakan batang dengan ulir baut pada bagian tengahnya.
Karena kinerja bushing tidak akan sempurna lantaran ulir tersebut akan menghambat pergerakan sakel terhadap per dan braket.
Alhasil, suspensi akan terasa keras,” sahut Dido dari Bengkel 1000 Pohon, Yogyakarta.
“Batang yang berinteraksi dengan bushing harus halus, dan lebih baik lagi apabila memiliki jalur pelumas,” sambung penggemar Land Cruiser 40 series ini.
“Dengan demikian energi yang dilepaskan pada saat suspensi bekerja dapat tersalurkan dengan baik dan sangat berpengaruh pada performa dan kenyamanan,” cerocosnya.
Sebenarnya baut sakel memiliki spesifikasi khusus. Baut dengan alur halus menjadi baut yang seharusnya dipergunakan.
Sayang, banyak sekali sakel yang dijual di pasaran tidak mengindahkan penggunan jenis baut ini.
“Alur yang lebih halus memiliki putaran yang lebih banyak saat dikencangkan, dibandingkan dengan tipe alur kasar.
Artinya memiliki kekuatan menahan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis alur kasar,” terang Boim.
“Akan lebih sempurna lagi jika menggunakan mur pengikat (lock nut),” tutupnya. Suryo Sudjatmiko
Thanks to:
4AJ / 081928667800
Hale 4x4 / 08157164646
Bengkel 1000 Pohon Yogyakarta /Telp: 085868004409
Editor | : | inne |
KOMENTAR