JIP - Berbincang mengenai rem teromol dan cakram seolah menjadi kisah abadi. Kehadiran rem cakram serta merta mengancam reputasi rem teromol yang sebelumnya cukup mendominasi.
Saya pribadi menemui beberapa pengguna jip yang mempertahankan rem teromol, khususnya untuk ban belakang.
Teromol masih menjadi andalan rem belakang pada banyak kendaraan terutama kelas niaga. Dalam kesempatan ini kami akan kembali mengupas tentang keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Rem teromol dapat dikatakan cukup murah jika dibandingkan dengan rem cakram, sehingga dikatakan membuat harga kendaraan menjadi lebih terjangkau.
Teromol merupakan rem dengan sistem kerja tertutup. Di mana semua perangkat mulai dari master rem hingga brake shoe (kampas rem ) berada di dalam drum.
Sementara drum itu sendiri berlaku sebagai media gesek untuk menghentikan laju kendaraan.
“Rem teromol menggunakan sepasang kampas rem berbentuk bulan sabit untuk digesekkan pada drum itu,” terang Dido dari bengkel 1000 pohon Yogyakarta.
“Sistem ini cukup efektif karena memiliki bidang kontak pengereman yang besar dan master rem dioperasikan dengan tekanan oli yang relatif kecil,” lanjut pria penggila jip ini.
“Sehingga pada kendaraan berukuran mungil dan menggunakan sistem teromol pada keempat remnya tidak diperlukan booster rem,” lanjutnya.
Sifatnya yang tertutup ini memberikan keuntungan tersendiri, sehingga terhindar dari hempasan pasir, debu ataupun lumpur secara langsung.
Namun sayang sekali, mekanisme yang tertutup ini bagai pisau mata dua. Jika unit rem ini terendam air, maka membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengeringkannya.
Kondisi brake shoe yang basah menyebabkan pengereman tidak berjalan optimal, bahkan gagal. Lebih buruk lagi apabila terendam pada air yang mengandung lumpur, maka akan lebih lama keringnya dan muncul potensi rem mengunci.
“Oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksa dan membersihkan peranti rem setelah melewati medan basah,” jelas Dido. Rem teromol ideal untuk kendaraan berat, karena hanya membutuhkan sedikit tekanan oli untuk menggerakkan mekanisme rem.
Rem cakram merupakan teknologi yang lebih muda dibandingkan dengan rem teromol.
Berbeda dengan teromol, rem cakram memiliki sifat terbuka, di mana semua perangkat mekanismenya dapat dilihat dengan mata telanjang.
Sifat terbuka inilah yang menyebabkan rem ini cepat kering saat permukaannya terendam air. Selain itu dari segi pemeliharaan cakram lebih praktis, karena self adjusting pada permukaan pistonnya yang berfungsi untuk menekan brake pad.
Sehingga boleh dikatakan bahwa rem ini bebas dari penyetelan. Sifat terbuka ini pun memiliki kerugian.
“Peranti rem dapat terakses langsung oleh material yang mudah mengikis, contohnya pasir. Sehingga tidak jarang permukaan disc brake akan cacat akibat gesekan,” jelas Leo Firmanto salah satu pebengkel senior dan juga pengajar safety driving.
Keterbukaan pada rem cakram ini juga memudahkan rem melepas panas jauh lebih cepat dibandingkan dengan teromol.
Tidak seperti rem teromol, untuk dapat beroperasi rem cakram membutuhkan tekanan oli yang jauh lebih besar.
Sehingga jika diperhatikan kendaraan yang mengandalkan rem cakram memiliki master atas yang lebih besar dan bahkan harus dibekali dengan booster.
“Media kontak pengereman yang kecil. Umumnya hanya kurang dari 20-25% luas dari cakramnya,
bandingkan dengan rem teromol yang memiliki kontak lebih dari 80% . Maka banyak yang kemudian berpendapat bahwa rem teromol lebih pakem,” jelas Leo.
“Oleh sebab itu, muncul inovasi untuk memperluas bidang kontak pengereman dengan penambahan piston, maka muncullah disbrake dengan jumlah piston lebih dari satu ataupun menghadirkan kaliper tambahan (jadi dua caliper),”
sambung pria berambut gondrong ini. “Penambahan piston ini pun harus diikuti dengan upgrade pada master atas, saluran rem dan bahkan booster,” lanjutnya.
Kesimpulannya, rem teromol memiliki kinerja lebih sederhana dan effort lebih kecil dibandingkan cakram.
Namun secara keseluruhan, cakram memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan dengan rem teromol,
walau semuanya harus ditebus dengan biaya yang lebih besar dan melibatkan peranti pendukung lebih banyak. Suryo Sudjatmiko
Editor | : | inne |
KOMENTAR