JIP.CO.ID - Sosoknya mudah dikenali, badannya gempal berkumis tebal.
Off-roader ini dikenal serba bisa, semua tipe off-road kecuali Rock Crawling pernah dirasakannya.
Haji Dadang Tobul, demikian nama lengkapnya, atau yang lebih akrab dipanggil HDT.
Ada juga yang memanggilnya Haji Dadang Turbo.
Namun, saya lebih suka memanggilnya Pak Haji.
(BACA JUGA: Asal Muasal Nama Jimny Jangkrik)
Off-roader berdarah Bandung ini memang serba bisa.
Baik speed off-road ataupun dunia adventure, nama HDT bukanlah nama asing.
Tak hanya di regional Bandung, Jabar dan sekitarnya.
Namun event skala Nasional pun kerap dijajalnya.
Pak Haji sejak dulu dikenal sangat “Jeep”.
(BACA JUGA: Suzuki Jimny SJ410 Ini Jadi Anadalan Piuk Untuk Meliuk)
Sehingga baik keseharian maupun dunia kompetisi, tak pernah lepas dari brand Jeep.
Namun di sebuah event Speed Off-road, saya memergoki Pak Haji memakai Suzuki Jimny 1.000 cc di kelas G1.2.
Sedikit terlihat, aneh karena tidak biasanya Pak Haji memakai Jimny.
“Dulu sih sering pakai Jimny, mas. Tapi kalau boleh memilih, ya tetap pakai Jeep,” selorohnya.
Masih kurang yakin dengan jawabannya, saya pun bertanya lebih dalam.
(BACA JUGA: Tidak Ada Batasan Antara Seorang Pria Dengan Sebuah Landy (Part #2))
Dari beberapa jawaban, sedikit rahasia mulai terbuka.
Karena Pak Haji memang sengaja dipasang oleh Tim JF Sulfur Autotech untuk mengisi kekosongan wakil tim di kelas G.1.2.
Hemm...sebuah pengorbanan tulus.
Mesin 1000 cukup diberikan penyegaran ulang dengan mengganti piston dengan oversize 100. Cam 276º racikan Kangaroo ditugaskan untuk menggantikan bawaan pabrik.
Sedangkan karburator Mitsubishi T120SS diklaim mampu membimbing mesin menjerit di putaran atas, menggantikan karburator bawaan asli Jimny.
(BACA JUGA: Tidak Ada Batasan Antara Seorang Pria Dengan Sebuah Landy (Part #1))
Sedangkan untuk girboks masih mengandalkan 5 speed milik Katana.
Agar lebih kokoh, gardan direinforced.
Teknik reinforcenya tergolong unik, hingga membentuk pola laba-laba.
Sedangkan untuk urusan final gir menggunakan milik LJ80 dengan rasio 4.56 : 1 dan untuk lebih menambah traksi, gigi satelit pun dilas.
Suspensi lawas lansiran LTR kembali digunakan setelah lama ngendon di gudang.
(BACA JUGA: Walau Ban Diterjang Peluru, SSE P6 ATAV Tetap Bisa Jalan 100 Km)
Uniknya sokbreker ini sebelumnya pernah dipasangkan pada Jimny yang ditarungkan pada era tahun 1990-an semacam re-use lah.
Interior didiskon habis dan hanya menyisakan sepasang jok bucket.
Namun demikian, piranti safety seperti rollbar 6 titik segera mengambil alih ruang yang telah kosong.
Rollbar ini ditanam langsung pada sasis untuk memperkuat konstruksi safety, terutama pada saat kendaraan terbalik.
Hood pin bonet dari Autofab dipasangkan untuk menahan kap mesin, walau dalam kondisi guncangan hebat sekalipun.
(BACA JUGA: Cadillac Pakai Pelek Super Besar, Jadi Seperti Sepatu Roda)
Risiko kap mesin ‘mangap’ dengan sendirinya telah dieliminir.
Praktis dan mudah saat diperbaiki menjadi alasan penggunaan bumper dari bahan pipa besi.
Baik bagian depan maupun belakang menggunakan jenis bumper ini.
Untuk lampu belakang cukup mencomot dari Daihatsu Zebra pikap.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di Inside Jimny Vol 6.
Editor | : | Indra Aditya |
KOMENTAR