Jip.co.id - Sekarang ini pengereman dengan sistem hidraulis lebih mendominasi dibanding dengan sistem mekanik.
Selain melibatkan rangkaian perangkat seperti pedal rem, master rem dan sebagainya.
Rem hidraulis menggunakan media cairan untuk bekerja.
Cairan yang mengandung bahan dasar ethylene glycol ini bagaikan darah, yang harus dimampatkan melalui jaringan pipa dari master silinder atas menuju silinder bawah pada setiap roda.
Bahan baku ethylene glycol yang terkandung dalam brake fluid alias minyak rem menjadikannya tahan akan suhu rendah dan suhu tinggi.
(BACA JUGA: Wheelbase Bertambah, Bagaimana Akomodasi Hyundai Santa Fe XG CRDi?)
Dengan demikian, kendaraan masih mampu bekerja pada kondisi suhu ekstrem sekalipun.
Walau demikian, di beberapa kasus khususnya kendaraan balap atau performa tinggi, minyak rem ini masih harus didinginkan dengan menggunakan oil cooler.
Kembali ke minyak rem, proses pengereman yang terjadi menyebabkan interaksi antara cairan tersebut dengan semua peranti yang terdapat pada sistem konstruksi rem.
Proses kerja rem tersebut mengakibatkan keausan pada beberapa peranti.
Seal rem dan rumah silinder menjadi bagian yang paling mudah terkikis.
Sisa kikisan inipun kemudian bercampur dengan minyak rem.
Cairan yang semula bersihpun lambat laun menjadi kotor dan keruh karena proses itu.
(BACA JUGA: Honda CRF150L Warna Baru Udah Sampai di Semarang, Segini Harganya)
Dengan cairan yang tak lagi bening, maka kinerja rem pun sedikit banyak akan turun.
Tidak menutup kemungkinan, karena residu tersebut terjadi penyumbatan pada jalur rem.
Singkatnya supaya kondisi pengereman tetap prima, minyak rem pun harus diganti secara berkala.
Editor | : | Nabiel Giebran El Rizani |
KOMENTAR