Jip.co.id - Mungkin jika digambarkan dalam sebuah lagu berjudul ‘Kisah kasih di sekolah’, pria satu ini punya masa paling indah waktu Ia duduk di bangku SMA.
Bukan soal kisah asmara, melainkan pandangan pertamanya pada sebuah jip buatan Jepang.
“Saya pengin jip ini sejak lama, ada cerita dulu waktu masa SMA di Banyuwangi temen saya sering dianter jemput pakai Taft Kebo," sambut Deddy sambil bernostalgia.
Wah keren juga jip ini ya, sejak itu saya mengagumi,” tambahnya.
“Kebetulan yang nyariin Taft ini teman SMA saya yang dulu sering naik Taft Kebo itu”. Ketika diperoleh.
Kondisi kendaraan memang agak memprihatinkan lantaran tak terurus oleh pemilik sebelumnya.
“Cuma saya lihat tongkrongannya masih bagus, yang paling penting bodi dan sasisnya nggak melintir. Memang ada yang sedikit keropos, wajar termakan usia,” lanjut pria bernama lengkap Deddy Susanto Sirhasan.
Pengerjaan dimulai dari segi bodi mengembalikan seperti sedia kala bagian yang keropos.
Sementara lantai dan sasis masih utuh, jadi bisa dibilang presentase yang dilas hanya lima persen.
Beralih ke bagian interior, pemilik mengaku kesulitan mencari satu set instrumen panel anyar jadi wajar jika panel bawaan masih difungsikan.
Mungkin Sobat JIP sedikit tertipu dengan kondisi doortrim yang terlihat mulus, siapa sangka doortrim yang terpampang ini merupakan salinan dari yang asli.
“Doortrim saya ganti kustom tapi pola dibikin menyerupai kondisi asli, saya kirim contohnya ke tukang press karena beli nggak ada,” ucapnya.
Deddy pun menambahkan bahwa spare part tergolong gampang dicari, akan tetapi ketersediaan aksesoris relatif sulit, mungkin lantaran tak sebooming Land Cruiser.
Soal jubah Ia sengaja memilih warna merah, “Aslinya warna putih tulang, karena sudah punya jip warna putih saya pengin yang beda”. tangkasnya.
Pengerjaan memakan waktu setahun dan menghabiskan kocek senilai harga beli kendaraan tersebut.
Jip jadul selalu memberikan kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya, tak terkecuali pria kelahiran
Banyuwangi ini yang hidupnya didedikasikan untuk bangsa dan negara. Bravo!
Editor | : | Panji Maulana |
KOMENTAR