Jip.co.id - Buat penggemar otomotif yang condong kearah speed jungkie.
Memodifikasi sektor mesin pastinya sudah jadi hal lumrah.
Agar menghasilkan tenaga mesin lebih besar dari sebelumnya.
Mesin bertenaga besar, pastinya akan berakibat pada konsumsi bahan bakar yang boros.
Dan imbas lainnya adalah hasil pembakaran yang tidak ramah lingkungan.
Baca Juga: Cara Pakai yang Benar Ban Cadangan Jenis Space Saver
Nah, untuk kendaraan yang masih dipakai harian. Pastinya akan terpentok dengan regulasi gas emisi.
Tidak bisa seperti mobil khusus balap, yang lebih leluasa otak-atik mesin hingga ‘kejeroannya’.
Untuk itu, kita akan bahas modifikasi ringan seputar mesin.
Upgrade apa saja yang dapat mempengaruhi kadar emisi jadi meningkat saat tenaga mesin dioptimalkan.
Bahkan menurut Teddy Suryajaya pemilik bengkel tuning mesin REV Engineering.
“Hal simple seperti kita ganti filter udara dengan open air filter saja itu sudah pengaruh ke gas emisi buang,” jelasnya.
Tentunya kalau sudah ganti exhaust system yang lebih besar.
Ini juga akan mempengaruhi kadar emisi yang dihasilkan mesin meningkat dari sebelumnya.
“Apalagi kalau sudah sampai lepas catalytic converter. Pastinya ini gas emisi sudah tidak bisa dikembalikan keambang batas normal,” papar Teddy yang bermarkas di Kedoya, Jakarta Barat.
“Dulu waktu tinggal di Australia, mobil yang dimodifikasi suka dicek mesin dan knalpotnya," cerita Teddy.
Baca Juga: Pentingnya Untuk Membersihkan Rem Teromol, Jangan Sampai Lupa!
"Kalau sudah open filter dan exhaust system ganti, bakal dicek gas emisinya. Kalau tidak lolos, disuruh kembalikan standar lagi,” tambahnya.
Jadi selama modifikasi hanya seputar ganti filter udara, lalu knalpot hingga remap ECU.
Gas emisi tetap bisa dikembalikan keambang batas normal menurut Teddy.
Asalkan syaratnya, catalytic converter tidak dilepas dari sistem gas buang mesin.
Editor | : | Nabiel Giebran El Rizani |
KOMENTAR