Event Meratus Expedition II 2017 Barabai-Batulicin, Pemanasan Berat

Rindra - Senin, 12 Juni 2017 | 14:50 WIB

(Rindra - )

JIP - Hari pertama peserta dilepas dari kantor Gubernur Kalimantan Selatan di Banjarbaru, bergerak 140 kilometer jalur aspal ke daerah Barabai, Kalsel. Dari daerah Barabai inilah peserta masuk trek MEX II.

Barabai, inilah lokasi peserta masuk trek MEX II.

Menjelang sore hari, seluruh peserta tiba di GOR Barabai, jadi Basecamp 1 (BC 1) dengan permukaan tanah yang kering dan berlimpah air bersih. Tidur nyaman...

Keesokannya, seluruh peserta sudah tiba di kantor Bupati Barabai. Setelah jamuan makan pagi dan acara ramah-tamah, peserta bergerak 33 kilometer menuju daerah Awayan, mulut trek pertama.

Mulut trek pertama

Baru masuk sekitar 1,5 kilometer, rombongan peserta MEX II 2017 sudah dihadang handicap V pertama. Tidak disangka-sangka, biasanya handicap pertama kondisinya cenderung ringan, kalau pun harus nge-winch cukup single line saja.

Tapi, kenyataan tidak begitu! “Ini handicap pertama saja sudah harus turun dan naik sedalam 50 meter,” ucap H.Gian dari team Bekantan. Di dasarnya disambut dengan lumpur dalam. Setelah belasan mobil lewat, kondisi lumpur makin parah!

Baru diinjak belasan ban kasar, langsung berubah jadi lumpur ganas

Keluar dari V, lanjut menanjak 50 meter dengan lumpur yang lekat dan dalam. “Buat winch yang sehat bisa keluar pakai double-line, kalau mau aman sih harus triple-line,” celetuk Ariska yang sempat jebol winch. Kendalanya, winching point yang kokoh ada di dekat puncak tanjakan, butuh strap panjang untuk triple line.

“Kalau tidak bikin jalur baru di dasar V, bakal susah, karena posisi sudah terlalu miring kanan dan winching point juga dari kanan,” ucap Putra Abdul Djalil yang pertama kali buka sisi jalan bagian kiri dengan CJ7-nya.

Gotong royong membuat jembatan di handicap pertama

Namun, baru tergerus ban kasar dari tiga kendaraan, lumpur trek semakin dalam. Karena di dasar V ini dilewati aliran air dari danau di sisinya, sehingga tanah cepat berubah jadi lumpur.

“Butuh waktu paling tidak satu jam, untuk satu kendaraan keluar dari handicap ini,” celetuk H. Johansyah dari team Elang Borneo. Bayangkan, peserta ada 90 kendaraan lebih, paling tidak butuh sekitar empat hari agar semua peserta keluar dari situ, padahal masih banyak handicap lainnya.

Pukul 4 sore, giliran team Buaya mencicipi V dalam ini, tunggangan milik Alpian Piuk dan Aswari pun mati-matian keluar dari dasar V. Dari sore, mereka baru berhasil keluar pukul 8 malam. Winching point semakin sedikit dan trek semakin parah. Peserta di belakang pun memilih camping, ketimbang menjajal sesuatu yang sudah pasti sulit.