JIP - Membuka rangkaian seri di tahun 2017 ini, Super Adventure Off-road dengan format tim kembali bergulir.
Sirkuit Tembalang, Semarang jadi lokasi seri perdana.
Event bertitel Kejurnas ini pun membawa kita ke gelaran beberapa tahun silam.
Ketika para off-roader yang berlaga masih menggunakan winch elektrik.
“Mengacu kepada regulasi IMI yang baru, dengan mempertimbangkan unsur safety
maka kita tidak lagi menggunakan PTO custom atau populer dengan sebutan PTO ‘setan’,”
papar Tjahjadi Gunawan punggawa Genta Auto&Sport (GA&S).
PTO ‘setan’ tidak memiliki kecepatan dan kekuatan berlipat jika dibandingkan dengan winch elektrik.
Mengingat putaran mesin yang jadi sumber penggeraknya.
Pun jika dibandingkan dengan PTO bawaan mobil sekalipun, karena memiliki rasio yang rendah.
Namun dibalik segala kelebihannya itu, potensi bahaya yang ditimbulkan PTO custom juga besar.
Terlebih mesin-mesin yang digunakan sekarang jauh lebih powerfull.
Dibutuhkan ‘operator-operator’ yang cakap dan handal untuk mengoperasikannya secara aman.
Namun, untuk memuaskan hasrat para off-roader sekaligus memberikan tontonan yang menarik,
Mas Gun dan timnya menyiapkan strategi dan formula untuk menyesuaikan dengan regulasi tersebut.
“Jalur evakuasi tentu disiapkan di dekat lokasi-lokasi yang berpotensi menggunakan winch.
Sebagai kompensasi terbuangnya waktu saat winching menggunakan elektrik,
trek sengaja di desain jauh lebih panjang dari sebelum-sebelumnya,” ujarnya.
Hal ini terbukti efektif, atmosfer kompetisi menjadi tetap menarik untuk dinikmati.
Adu skill sekaligus strategi dari tim-tim yang berlaga,
menepis keraguan akan menurunnya pamor akibat kembali ke-winch elektrik.
Namun panjangnya trek, berimbas kepada daya tahan kendaraan termasuk juga fisik para offroader,
“Tambah lima ratus meter lagi, mungkin keluar mobil harus dipapah,” kelakar salah satu offroader.
Overheat pun kerap ditemui pada event kali ini, lebih dari 10 mobil mengalami kendala ini.
Bahkan beberapa diantaranya tidak bisa melanjutkan lomba,
“Tiga kendaraan Dasico Sunset terpaksa tidak bisa lanjut main di hari kedua,”
papar Yudha Nugraha, manajer Dasico Racing Management yang kali ini turun dengan 2 tim,
yaitu Dasico Sunrise dan Dasico Sunset.
Munculnya tim-tim debutan di seri pembuka ini menarik untuk dicermati.
Yang paling menonjol tentu saja tim CBM Batulicin.
Di seri ini begitu mendominasi dengan merebut fastest di 8 dari 10 SS yang ada.
Tidak heran rasanya jika melihat susunan offroader yang memperkuat tim ini.
Wahyu Lamban Jatmiko dan Ridha Giwangkara, walau sempat absen namun performanya masih mumpuni,
diperkuat lagi oleh Andi Baihaki, off-roader asal Batulicin.
Tapi ini bukan melulu skill. Kekompakan dan strategi yang matang menempatkan CBM Batulicin menjadi kampiun di seri perdana ini.
Satu lagi adalah MCRT IM Product, yang salah satunya diperkuat Mariachi Gunawan.
Off-roder yang 2 tahun absen sejak menikah ini, rupanya kian beringas di balik kemudi Toretto,
julukan sayang untuk mobil kompetisinya.
Sayang target masuk 5 besar untuk timnya tidak tercapai akibat pecahnya bell housing di SS 9.
“Sayang, tapi apa mau dikata. Yang penting tersalurkan kangennya. Karena di event adventure offroad persaudaraannnya terasa banget,”
ujarnya sumringah. Ketika ditanya kepanjangan dari nama timnya ia cuma tertawa,”
Mariachi Cantik Racing Team…… hehehe. Maklum belum dapat sponsor ! ” Hmmm iya deh….. Herrr..
Galena yang seri ini diwakili 2 tim, yaitu Galena Gadis dan Galena Logistics yang di seri lalu,
bergantian mendominasi. Kali ini mesti mengakui keunggulan tim debutan dengan berbagi posisi di 2 dan 3.
‘Genderang Perang’ seakan sudah dikumandangkan dari tim CBM yang begitu mendominasi di seri pembuka.
Masih ada 4 seri tersisa, peta persainganpun masih terbuka lebar.
Mampukah tim-tim lain ganti mendominasi ? Kita lihat saja nanti ! Kodjang / Bimo SS
HASIL LOMBA
1. CBM Batulicin KALSEL 576
2. Galena Gadis JATIM 482
3. Galena Logistics JATIM 343
4. Melia RS Team Antajaya DIY 272
5. Sendang 4x4 JATENG 253