Restorasi, Steyr-Puch Haflinger. Mungil dan Sakti

Kamis, 6 Juli 2017 | 14:20 WIB

Bahkan setelah pergantian pemerintahan, Indonesia masih mengimpor 200 unit Haflinger untuk kebutuhan perkebunan.

Jumlah tersebut terhitung sangat banyak, hingga mencapai enam persen dari seluruh produksi Haflinger kala itu.

Pelek bawaan Haflinger berukuran 12 inci dibalut ban GT Radial GT Grip yang merupakan peruntukkan forklift. “Jadi bannya tahan dan bisa jalan normal meski enggak ada tekanan angin sama sekali,” uajr Sony.

Masuknya Haflinger ke Indonesia berkat kontribusi salah satu tim marketing Steyr-Daimler-Puch saat itu, Gerhard Ortner’s yang gigih menawarkan Haflinger kepada pemerintah Indonesia sejak dekade ’50-an.

Karena Indonesia tercatat sebagai pemesan terbanyak Haflinger, Steyr-Daimler-Puch memberikan paket spesial, salah satunya adalah indikator yang berbahasa Indonesia.

Pada dapur pacunya, Haflinger yang hanya berbobot 645 kg ini ditunjang mesin berbahan bakar bensin berkapasitas 643 cc twin horizontally opposed alias boxer dengan pendingin udara, yang terletak di belakang.

Mesin boxer dua silinder berkapasitas 647 cc harus rela berganti dengan mesin bawaan Daihatsu HiJet berkapasitas 1.000 cc agar lebih mudah perawatannya.

Bobotnya terbilang ringan untuk kendaraan 4x4, sehingga memungkinkan sebuah Haflinger dibopong empat pria dewasa.

Dari segi payload, kendaraan ini mampu memanggul beban 500 kg.

Sementara konfigurasi penumpang dapat mendukung 4 hingga 5 kursi.

Kembali ke Haflinger milik Sony, lantaran kondisinya yang cukup terawat, pehobi motor trail tersebut belum melakukan proses restorasi yang signifikan.

“Saya hanya membereskan jok saja, dilapis lagi agar tetap terlihat rapi,” ujarnya.

Sony juga tak terlalu khawatir mengenai ketersediaan suku cadangnya, lantaran bisa ditemukan dengan bantuan internet.

Sungguh beruntung memang. Pratomo FJ / Bimo SS