JIP - Mesin membutuhkan suhu optimal dalam untuk bekerja. Mesin tidak boleh terlalu dingin atau pun terlalu panas.
Oleh sebab itu setiap mesin bakar memiliki sistem pendingin. Mesin dengan pendingin cairan / air (water cooled) menjadi mesin yang dewasa ini paling banyak
dipergunakan secara luas karena memiliki konsistensi yang baik dalam mempertahankan suhu mesinnya.
Dari sekian perangkat sistem pendingin pada mesin berpendingin air, kipas mempunyai porsi dan peranan besar untuk mendinginkan mesin.
Peranti inilah yang menghembuskan udara ke radiator sebagai pendingin cairan pada mesin.
Di dalam industri otomotif dikenal 2 macam kipas yang lazim dipergunakan, yakni kipas mekanis dan kipas dengan penggerak elektris.
Masing-masing bertugas untuk mengenyahkan udara panas pada radiator, namun masing-masing memiliki sifat, kelebihan maupun kekurangan.
Kipas mekanis merupakan jenis kipas pendingin yang paling kuno dan digunakan padakendaraan dengan mesin membujur, berpengerak roda belakang.
Jenis ini dipergunakan sejak dunia otomotif menggunakan air untuk sistem pendinginannya.
“Jenis ini kita masih dibagi lagi menjadi kipas full mekanis dan kipas dengan mengunakan viscous kopling atau yang biasa disebut dengan viscous fanjelas Tri Handoko dari CBX Work di bilangan Pondok Gede, Bekasi.
”Kipas mekanis terhubung langsung dengan water pumppada mesin. ini merupakan jenis yang paling badak dan ringan perawatannya.
Sejauh bilahnya utuh, kondisi water pump serta sabuk kipasnya terpasang dengan baik,” lanjut pembengkel bertubuh bongsor ini.
Karena digerakan dengan menggunakan tenaga mesin dan berotasi sesuai dengan putaran mesin. Hal inilah menyebabkan kipas ini melahap tenaga mesin secara langsung, beberapa pihak mengatakan bahwa tenaga mesin bisa tersedot hingga 5%.
Sedangkan hembusan angin yang dihasilkannya pun sesuai dengan kondisi putaran mesin. Inilah yang menjadi kelemahan dari kipas full mekanis.
“Jenis ini tidak lagi cocok pada kondisi sekarang ini yang kebanyakan sudah menggunakan mesin dengan kompresi tinggi yang menghasilkan panas yang tinggi pula,” lanjutnya.
Kipas viscous merupakan pengembangan dari jenis kipas manual. Walau tetap menggunakan tenaga mesin untuk memutarnya, namun kipas viscous bekerja secara independen, tidak selalu mengikuti kecepatan putaran mesin.
Kopling viscousnyalah yang berfungsi mereduksi entakan putaran mesin secara tiba-tiba, terutama saat mesin digeber mendadak dari putaran rendah menuju putaran tinggi.
Viscous fan terbukti handal dalam mereduksi hilangnya tenaga mesin, baik itu pada mesin berkapasitas kecil ataupun besar.
Pada dasarnya, viscous fan merupakan mekanisme yang bekerja dengan menggunakan sistem thermokinetis.
Sistem ini bekerja dengan mengombinasikan fluida (oli silikon) yang berfungsi sebagai kopling dengan logam bi-metal yang berfungsi untuk mengunci gerakan kipas.
Apabila temperatur luar tidak terlalu panas, maka putaran fan akan menurun secara sendirinya.
Jika suhu meningkat, maka oli dan bi metal pada viscous akan bereaksi sehingga kecepatan putaran kipas akan meningkat, membantu menjaga temperatur mesin konstan. Keuntungan lainnya, viscous fan tidak sebising kipas manual.
Tipe viscous lebih bersahabat dalam mengkonsumsi tenaga dibanding tipe yang full mekanikal.
Dari segi perawatan, Viscous fan membutuhkan perhatian terutama pada kondisi kopling viscousnya.
Apabila kondisi koplingnya sudah lemah, maka kinerja kipas pun akan terganggu.
Di satu kasus kipas akan berputar seperti halnya kipas full manual, namun juga bisa sebaliknya putarannya lemah berada di bawah putaran mesin.
“Secara umum, hembusan yang dihasilkan kipas viscous serupa dengan kipas full manual karena masih mengikuti putaran mesin,” ujar Tri.
Awalnya elektrik fan dipergunakan pada kendaraan berpengerak roda depan dan bermesin melintang.
Tipe ini tidak lagi terhubung secara langsung dengan mekanikal pada mesin saat beroperasi.
Sehingga mesin dapat berputar lebih leluasa tanpa terbebani dengan putaran kipas.
Hal ini yang menjadikan kelebihan dari elektrik fan di mana mesin menjadi lebih efisien dan optimal.
Di sisi lain elektrik fan memiliki hembusan angin yang stabil karena dihasilkan oleh dinamo yang berdiri secara independen.
Sehingga sistem ini lebih ideal terutama untuk menghadapi kemacetan jalanan yang kini banyak ditemui.
“Sistem ini yang kini mulai sering dipergunakan untuk memodifikasi sistem mekanikal,” ungkap bapak 3 anak ini.
Dikarenakan mengambil daya kelistrikan untuk bekerja, maka kehadirannya akan mempengaruhi kondisi kelistrikan kendaraan.
Artinya alternator pengisian menjadi jantung utamanya harus dikalkulasi ulang kemampuan memasok dayanya.
“Hal ini sangat penting dilakukan supaya mendapatkan hasil yang optimal,” wanti Tri.
Wajarnya elektrik fan menyertakan switch sensor panas untuk aktifasinya. Sehingga kipas aktif ketika mesin membutuhkan pendinginan dan akan mati ketika mesin tidak membutuhkannya.
Dalam modifikasi off-road sistem elektrik fan ini banyak diaplikasikan, lantaran elektrik fan ini dapat dimodifikasi untuk dimatikan total.
Kondisi ini ideal saat kendaraan melintasi sungai yang dalam. “Cukup dengan menyambungkan dengan switch saja,
maka opsi tersebut dapat dinikmati,” imbuh Tri. “Elektrik relatif paling mahal dari semuanya dan permasalahannya
berada diseputar masalah kelistrikan saja,” tutupnya. Suryo Sudjatmiko
Thanks to:
CBX-Work
081-111-7442