Toyota FJ25 Project

Rabu, 30 Agustus 2017 | 13:46 WIB

JIP - Bengkel Audi di bilangan Puspowarno, Semarang bukanlah bengkel mewah dengan bangunan megah.

Bangunan tua model rumah Jawa, Limasan, menjadi bangunan utama. Luasnya pun saya pikir, tidak lebih dari 130 m2.

Teras depan dimanfaatkan untuk menggarap semua bodi Toyota FJ40 yang akan direstorasi.

Hampir tidak ada ruang luas untuk sekadar ngobrol ngumpul lebih dari 5 orang. Pun kalau ada, pasti mepet-mepet dengan bodi-bodi FJ40 yang tengah direstorasi.  

Toyota FJ25 Project
Mesin Toyota 1F Toyoya FJ40 tahun 1959 ini memang masih identik sama dengan mesin yang dipakai FJ25. Jenis mesin ‘tertua’ di 40 Series inipun didapat sangat lengkap. Direkondisi ulang hingga seperti baru keluar pabrik.
Dudukan pelat nomor lengkap dengan lampu klasiknya.

Masuk bagian dalam, Saya menemui banyak lagi part-part lama Toyota FJ40. Rata-rata semuanya barang seken.

Adar yang  tertata rapi namun adapula yang berserakan. Satu ruangan berpintu geser, menjadi ruang utama pusat operasional bengkel.

Di ruang inilah Johan Budi Handoko, pemilik bengkel Audi dan  Abdurrahman Wahid  mendiskusikan project Toyota FJ25 Customize.

Mungkin proyek ini dianggap pecinta Toyota FJ40  cukup nyleneh. Apalagi ‘bahan’ yang dipakai untuk membuat FJ25 custom  dari Toyota FJ40 produksi tahunn 1964 yang relatif cukup sempurna.

Pun usah direstorasi, Toyota FJ40 tahun 1964 sudah pasti punya nilai tinggi. Apalagi kalau direstorasi.

Sekilas kondisi stir FJ40 tahun ‘tua’ ini begitu klasik. Dengan sistem tuas persneling tangan, membuat pecinta FJ40 berdecak. Karena memang tipe tuas tangan FJ40 ini tergolong langka.
Cukup sulit mendapatkan karet pedal asli Toyota. Beruntungnya bengkel Audi di bilangan Puspawarna 17, Semarang, punya stok yang komplit.
Cermin spion bulat menjadi ciri khas seri FJ tahun lama. Berhubung tidak menemukan spion asli FJ25, part milik FJ40 tahun 1960 bisa menggantikan dengan baik.

Tapi ini, Om Johan dan Mas Wahid—demikian kedua orang ini dipanggil, justru kekeuh untuk tetap melanjutkan project nya.

Padahal bukan hal gampang untuk bereksperimen membuat FJ25 custom yang notabene ujudnya nyata jarang ditemui di Indonesia.

Mas Wahid pun juga menyadari hal itu. Putra asli Temanggung yang sehari-hari punya kesibukan dengan daun-daun tembakau sampai tak hiraukan masa.

Keduanya rajin mencari referensi buku dan gambar paling detail untuk dicontoh.  Johan Budi Handoko juga tak mau gegabah, setiap gambar dan foto FJ25 diperhatikan dengan sangat detail.

Braket head lamp berbeda dengan FJ40. Di sekeliling lampunya terdapat ring yang agak menonjol. Part inipun juga akhirnya dibuat hand made.
Lampu rem belakang menggunakan part yang sama dengan FJ25 aslinya.

Part yang tidak ada dijual di pasar Indonesia, dipesan langsung dari Amerika maupun Jepang. Dan kalau tida ada yang jual,

Om Johan pun tak segan untuk meng-custom sendiri. Dan hasilnya,  orang pun tidak bisa dengan mudah membedakan, itu part  original apa custom.

Pengerjaan FJ25 inipun cukup memakan waktu. Lebih dari 2 tahun, diperlukan Om Johan untuk merakitnya.

Ketelitian dan kejelian dalam merakit, membuat saya pun geleng-geleng kepala.

Saya sempat membandingkan FJ25 ini dengan beberapa foto yang dipakai sebagai referensi.  Jujur…pengerjaannya sangat detail, rapi dan sempurna.

Wow… Catur Wibowo / Kodjang