JIP pun melihat langsung prosesnya, menggunakan 4 buah injektor dari mesin 4 silinder.
Sebelumnya, mesin dihidupkan dan dilihat AFRnya, menunjukkan angka 10. Terlihat campuran udara terlalu sedikit.
Kemudian injektor dari mesin itu pun dilepas dan dipasang pada alat kalibrasi, tampak suplai bensin dari tiap injektor menunjukkan kesamaan volumenya,
32 ml di tiap tabungnya. Memang tampak tidak ada injektor yang mampat. Penyebaran semprotan bensin pun tampak sama di tiap injektornya.
Namun, pemilik kendaraan mengeluh soal konsumsi bahan bakar yang boros, dan kurang tarikan,
menjadi alasan injektor pun diperiksa dan dikalibrasi. Kemudian injektor-injektor tersebut dibersihkan pada mesin ultrasonik selama beberapa menit.
Setelah dibersihkan, kembali injektor-injektor itu dipasang ke alat pengukur. Durasi penyemprotan sama dengan sebelumnya,
ternyata suplai bensin yang dikeluarkan menjadi lebih banyak! Kali ini ketinggian bensinnya berada di angka 50 ml. Wah, lebih boroskah nantinya?
“Sebenarnya, angka terakhir merupakan nilai optimal yang dicapai injektor ini sekarang. Kalau dilihat dari suplainya sih memang bertambah.
Tetapi, pengabutan di dalam ruang bakar nantinya lebih sempurna. Pedal gas tak perlu ditekan terlalu dalam untuk berakselerasi.
Konsumsi bahan bakarnya pun bisa lebih hemat,” jelas Taqwa.
Setelah injektor kembali di pasang pada mesin, mesin pun diukur kembali AFR nya. Kali ini bisa mencapai angka 14,7:1 pada saat idle.