JIP.CO.ID - Para penyuka 4x4 mengenal jip Suzuki sebagai sosok mungil.
Lantaran sosoknya yang mungil itu, seringkali kemampuan Jimny disangsikan.
Terutama jika dihadapkan trek super ekstrem, seperti yang kerap ditemui dalam off-road ekspedisi.
Biasanya tunggangan untuk ekspedisi haruslah yang kuat, dimensi yang memuat banyak perbekalan, dan juga punya mesin bertenaga besar.
Namun, melihat Suzuki Katana Long 1991 milik Leo Firmanto ini, semua anggapan jip ekspedisi haruslah “super car” bisa dipatahkan.
(BACA JUGA: Pesaing Toyota C-HR Yang Tidak Ada Di Sini, Lihat Versi Modifnya Saja)
“Aku pengin buktikan Jimny bermesin standar mampu melahap trek ekstrem,” tekad pria yang juga doyan naik motor ini.
Gelaran Indonesian International Off-road Expedition jadi ajang pembuktian.
Selama kurang lebih 15 hari, peserta diajak membelah hutan.
“Masalah bagi kendaraan ekspedisi adalah ketersediaan ruang. Katana Long ini memiliki ruang ekstra lebih besar dibanding sejawatnya yang ber-wheelbase pendek. Sehingga memungkinkan untuk mengatur ulang ruangannya,” ungkap Leo.
“Dalam menempuh perjalanan panjang, awak kendaraan haruslah dapat duduk nyaman. Maka personel pun dibatasi hanya 3 orang. Sedangkan sisa ruang yang ada, ditata untuk perbekalan, pakaian, sparepart dan peralatan,” lanjut pria gondrong bertubuh subur ini.
(BACA JUGA: Dapet Jimny Ini, Rasanya Kaya Disambar Petir Di Siang Bolong)
“Penataan barang jadi kunci utamanya. Barang dengan bobot berat diletakkan di bagian bawah, yang lebih ringan di atasnya. Tapi jangan lupa juga untuk mengklasifikasi tiap-tiap jenis barang tersebut. Bawaan yang sering dipakai ditaruh yang paling mudah diambil,” wanti Leo.
Roofrack sebisa mungkin jadi tempat barang-barang dengan bobot ringan.
Mesin F10A dengan kapasitas 970 cc tetap jadi dapur pacu sang Jimny.
Spesifikasi bawaan pabrik menjadi batasan dalam optimalisasi mesin.
Segala peranti yang sifatnya membebani kinerja mesin, seperti power steering dibebastugaskan.
(BACA JUGA: Produk Baru Untuk Jip Mania)
Bahkan kabel-kabel bawaan asli kendaraan pun mengalami perampingan.
Tujuannya tak lain adalah membuat Jimny ini jadi sesederhana mungkin untuk digunakan dan direparasi apabila terjadi kerusakan.
“Many devices means many problems!”ujar Leo.
Kalau toh ada penyempurnaan adalah di sektor pengapian yang dirakit oleh Politeknik ITB.
“AC dan power steering ditanggalkan. Karena akan banyak membebani mesin. Penggunaan ban dengan ukuran yang tepat pun sangat diperlukan. Agar melahap beragam tanjakan terasa lebih ringan,” sambung modifikator asal Bandung ini.
(BACA JUGA: Gejala Susah Starter Di Pagi Hari, Ini Penyebabnya)
Girboks 4 speed bawaan orok kendaraan tetap dipakai.
Transfercasenya diisi low gear custom.
Gigi low yang semula memiliki rasio 2.55 : 1 diubah menjadi 4.16 : 1.
Gardan berikut isinya dalam kondisi orisinal.
Tidak ada locker, limited slip ataupun traction added lainnya.
(BACA JUGA: Cuma Mobil Canggih Yang Bisa Buka Bagasi Pakai Kaki, Termasuk BMW X3)
Semua hal tersebut dilakukan supaya kerja gardan tak terlalu terbebani.
As roda pada gardan open differential dianggap memiliki resiko patah lebih kecil dibandingkan gardan close differential, alias gardan yang memiliki locker atau LSD.
Pelek ex Katana dirombak ulang offsetnya sehingga lebih celong (masuk ke dalam).
Ini menjadikan track roda lebih lebar, yang akan mendongkrak kestabilan dan membuat Jimny menapak lebih kokoh di atas permukaan tanah.
Ban klasik Goodyear Extra Grip 750 x 15 menjadi partnernya.
(BACA JUGA: BMW X6 Pesaing Lamborghini Urus Hasil Modif Manhart)
Profilnya yang slim membuat manuvernya lincah di trek adventure.
Resep “obat” yang diracik Leo memberikan bukti.
Si Jimny yang semula banyak dikhawatirkan bakal merepotkan selama event iIOX 2013 berlangsung, ternyata dapat finish dengan selamat dan dalam kondisi utuh.