Ini Dia Alasan Mengapa Spring Rate Mobil Offroad Harus Ditingkatkan

Rindra Pradipta - Minggu, 24 Oktober 2021 | 11:45 WIB

Modifikasi Suzuki Vitara, Kuya Buntung (Rindra Pradipta - )

Jip.co.id - Rasanya sudah lumrah kalau mobil offroad akan membengkak beratnya.

Wajar saja, alat-alat recovery dan penunjang mobil offroad memang tidak ada yang ringan. Mengingat semua alat itu diperhitungkan durabilitasnya, sehingga pakai materail yang kuat dan berat.

Nah, bicara bobot, inilah saat menentukan spring rate per kendaraan. “Awalnya kita harus tahu dulu bobot standar kendaraan, untuk jadi patokan dasar spring rate kendaraan kita,” jelas Taqwa.

Baca Juga: Modif Nissan X-Trail Jadi Makin Gagah, Bisa Jadi Pusat Perhatian

Bumper belakang Jeep Cherokee ini dipasangi bracket jerrycan dan winch Warn M9000

Dari situ barulah kita bisa prediksi spring rate, saat beban kendaraan sudah dipasangkan perangkat off-road dan barang bawaan.

Prapto dari bengkel Prafa Motorsport berpendapat setiap kendaraan punya kasus yang berbeda-beda.

“Sama-sama Jeep CJ misalkan, belum tentu kendaraan si A akan sama spring rate-nya dengan kendaraan si B,” jelasnya.

“Kebanyakan kendaraan ekspedisi seperti ini punya kecenderungan berat di belakang begitu ditimbang,” tambahnya.

Dari kebanyakan kasus, saat pilih per Prapto menambahkan ekstra 600 kg pada spring rate, di luar beban kendaraan.

kodjang
Sokbreker depan dipasangi King shock Bypass dan coilover keluaran Racerunner yang sama-sama 12 inci. Dibagian belakang dipasangi sokbreker King shock 12 inci berikut per daun keluaran Deaver Jeepspeed lift up 4 inci.

Untuk pilihan per, Yuri Kusweri mengandalkan spring rate lebih keras di depan ketimbang belakang. Pada Suzuki Vitara 4 pintu yang biasa digunakannya untuk off-road ekspedisi.

"Selain trek, handicap terberat buat off-road dengan jarak waktu lama adalah bobot kendaraan kita sendiri,” tambahnya.

Pastinya ini akan membuat suspensi kerja ekstra berat, bila beban yang ditanggung melebihi kapasitasnya.