JIP - Hari pertama peserta dilepas dari kantor Gubernur Kalimantan Selatan di Banjarbaru, bergerak 140 kilometer jalur aspal ke daerah Barabai, Kalsel. Dari daerah Barabai inilah peserta masuk trek MEX II.
Menjelang sore hari, seluruh peserta tiba di GOR Barabai, jadi Basecamp 1 (BC 1) dengan permukaan tanah yang kering dan berlimpah air bersih. Tidur nyaman...
Keesokannya, seluruh peserta sudah tiba di kantor Bupati Barabai. Setelah jamuan makan pagi dan acara ramah-tamah, peserta bergerak 33 kilometer menuju daerah Awayan, mulut trek pertama.
Baru masuk sekitar 1,5 kilometer, rombongan peserta MEX II 2017 sudah dihadang handicap V pertama. Tidak disangka-sangka, biasanya handicap pertama kondisinya cenderung ringan, kalau pun harus nge-winch cukup single line saja.
Tapi, kenyataan tidak begitu! “Ini handicap pertama saja sudah harus turun dan naik sedalam 50 meter,” ucap H.Gian dari team Bekantan. Di dasarnya disambut dengan lumpur dalam. Setelah belasan mobil lewat, kondisi lumpur makin parah!
Keluar dari V, lanjut menanjak 50 meter dengan lumpur yang lekat dan dalam. “Buat winch yang sehat bisa keluar pakai double-line, kalau mau aman sih harus triple-line,” celetuk Ariska yang sempat jebol winch. Kendalanya, winching point yang kokoh ada di dekat puncak tanjakan, butuh strap panjang untuk triple line.
“Kalau tidak bikin jalur baru di dasar V, bakal susah, karena posisi sudah terlalu miring kanan dan winching point juga dari kanan,” ucap Putra Abdul Djalil yang pertama kali buka sisi jalan bagian kiri dengan CJ7-nya.
Namun, baru tergerus ban kasar dari tiga kendaraan, lumpur trek semakin dalam. Karena di dasar V ini dilewati aliran air dari danau di sisinya, sehingga tanah cepat berubah jadi lumpur.
“Butuh waktu paling tidak satu jam, untuk satu kendaraan keluar dari handicap ini,” celetuk H. Johansyah dari team Elang Borneo. Bayangkan, peserta ada 90 kendaraan lebih, paling tidak butuh sekitar empat hari agar semua peserta keluar dari situ, padahal masih banyak handicap lainnya.
Pukul 4 sore, giliran team Buaya mencicipi V dalam ini, tunggangan milik Alpian Piuk dan Aswari pun mati-matian keluar dari dasar V. Dari sore, mereka baru berhasil keluar pukul 8 malam. Winching point semakin sedikit dan trek semakin parah. Peserta di belakang pun memilih camping, ketimbang menjajal sesuatu yang sudah pasti sulit.
Pagi hari di hari ketiga, team Elang Borneo dan Kancil lebih dahulu bangun, memantau kondisi trek yang hancur semalam. “Kalau tidak bikin jalur baru, bakal buang waktu dan tenaga,” ucap H. Bahrani asal Kalimantan Selatan.
Suasana pagi hari itu terlihat berbeda, kedua team tersebut diikuti team lainnya yang belum menyeberang, bergotong-royong buat jembatan dan jalur baru. Berbekal gergaji mesin, dibuatlah jembatan sederhana. Juga cangkul untuk melandaikan sedikit dinding handicap V. Terlihat kompak, mantap!
Gotong-royong pun membuahkan hasil. “Memang handicap V jadi lebih curam dan terjal, tapi tidak sedalam sebelumnya. Hanya butuh ditahan winch saat turun, agar jembatan dan jalur tidak mudah hancur,” ucap Wahyu Lamban dari team Kancil.
“Satu mobil lewat hanya butuh waktu paling tidak 3 menit. Coba kalau jalur sebelumnya, paling cepat saja satu jam,” ucap M.Basri driver kendaraan Media 2 setelah melewati handicap.
Lepas handicap tersebut, masih ada beberapa handicap V lagi. Namun bisa dilalui tanpa kendala dan recovery yang lama. Siang hari, saya yang tergabung di kendaraan Media 2 sudah sampai di lokasi BC 2, dan melipir sedikit ke daerah Mantuyan untuk isi bahan bakar.
Di sini kami mendapat saran rombongan Media untuk tidak masuk trek, dan melambung menuju lokasi BC 3 di Kantor Camat Pamukan, Sengayam, Kalsel. Agar tidak terjebak kembali di dalam trek. Pun kami putuskan untuk melambung keluar dari trek menuju Sengayam lewat aspal.
Tapi niat kepingin cepat, justru malah disambut rute jalan aspal yang jauh. Seharusnya hanya sekitar 60 kilometer menuju Sengayam lewat trek off-road, tapi kami harus melambung 300 kilometer lebih untuk sampai di sana.
“Gara-gara GPS, jadi harus on-road 12 jam dan sampai masuk daerah Kalimantan Timur segala,” cengir Basri.
Dan menurut info, trek menuju Sengayam memang berat. Karena hujan turun lebat pada hari ketiga. Banyak kendaraan peserta terseok-seok berusaha sampai BC 3. Bahkan ada dua kendaraan milik Alpian Piuk dan Andry terguling keluar jalur.
Keduanya mendapatkan bantuan dari peserta serta panitia, dan bisa melanjutkan terus trek MEX II 2017 lainnya.
Tiba di Sengayam baru ada 20 kendaraan yang bisa keluar tepat waktu. “Di dalam masih ada 70 kendaraan lagi, dan sedang berusaha keluar.
Besok kita akan tunggu di sini satu hari, sampai semua peserta keluar dari trek pertama,” ucap Syamsir Alam.
Hari ke empat, semua peserta pun bisa keluar dari trek. Pemanasan cukup, giliran trek sebenarnya!. Rindra Pradipta
Editor | : | inne |
KOMENTAR