JIP.CO.ID - Berkat perkenalannya dengan majalah Inside Jimny, Hary Triyono menjadi bertambah wawasannya soal jip Suzuki itu.
Padahal, sebelumnya Hary Triyono hanya mengenal Lj80, SJ410 ataupun SJ413 Caribian saja, yang memang hanya tipe-tipe tersebut yang beredar secara luas di Indonesia.
Bertambahnya wawasan soal Jimny, membuatnya kepincut dengan Jimny JB32 dan sangat ingin memilikinya.
“Menurut saya, JB32 merupakan puncak dari Jimny Gen 2. Setelah mengamati beberapa ulasan pada Inside Jimny mengenai jip yang satu ini, timbul keinginan saya untuk memilikinya,” ujar suami Herlina ini.
Dengan sabar dan mencari informasi tentang mobil ini, akhirnya kabar datang juga.
(BACA JUGA: Waspada Musuh Besar ECU Mobil, Bisa Keluar Duit Banyak)
Sayang kondisinya cukup mengenaskan alias tidak sesuai dengan keinginan.
“JB32 itu bekas kena banjir ditahun 2007 silam dan semenjak itu mengalami kerusakan dan dibiarkan teronggok beritu saja di dalam garasi. Kondisinya cukup mengenaskan,” keluh Hary.
Namun lantaran hati sudah bulat untuk memiliki JB32 idaman, maka ia pun memberanikan diri untuk meminangnya.
Setelah ditebus, perjuangan Hary masih sangatlah panjang.
Mesin dan transmisi dalam kondisi rusak berat dan susah digiring kembali ke jalan yang benar.
(BACA JUGA: Hebat, ‘All New’ Porsche Cayenne Roda Belakangnya Bisa Otomatis Belok)
Begitu pun interiornya, walau masih tergolong utuh, sebagian komponen interior sudah sulit untuk dipakai lagi.
Ketersediaan sparepart dan perintilan lainnya sangat terbatas, menjadi hal yang mengancam kelanjutan restorasinya.
Namun akhirnya ia pun mengambil langkah paling masuk akal dengan membeli halftcut JB32 untuk dikawinkannya dengan JB32 miliknya.
Bak efek domino, upaya Hary tidak terhenti di situ saja, referensi yang diperolehnya menjadi pemicu.
“JB32 yang saya dapat bukan tipe ELK yang merupakan kasta tertinggi pada jajaran JB32. Saya gak mau tanggung-tanggung, sekalian saja saya jadikan JB32 ELK,” lanjutnya bersemangat.
(BACA JUGA: 5 Modifikasi Tuner Lokal Pilihan JIP.CO.ID Minggu Ini)
Perburuan parts ELK pun jadi tema berikutnya, yang juga melibatkan kembali bursa sparepart limbah eks Jepang.
Mesin bawaan hanya blok mesin G13BA saja yang diambil, sisanya donor limbah mesin halfcut JB32.
Tetapi mesin donor 16 katup SOHC berteknologi injeksi multiport ini sudah diporting-polish sehingga perfomanya pun lebih bagus.
Beberapa komponen mesin ini juga diambil dari Suzuki Every yang memiliki mesin serupa.
Awalnya Jimny yang satu ini bertransmisi manual 5 speed, namun donor mesin dari halfcut itu sekaligus transmisi matik, maka girboks pun diganti.
(BACA JUGA: Biaya Servis ECU Mobil Jepang Dan Eropa, Siap-siap Rogoh Kocek)
Walau hanya memiliki 3 percepatan saja, transmisi matik ini menawarkan kenyamanan berkendara, terutama di jalan jalan raya di Jakarta yang sering macet-macetan.
Kondisi dasbor aslinya cukup mengenaskan dan jauh dari predikat mulus.
Solusi logisnya dengan mengganti utuh dasbor, dari copotan halfcut JB32 yang jauh lebih bagus.
Suatu kebetulan pula, lingkar kemudi optional Ital Volanti yang identik dengan ELK berhasil dipinang.
Lewat steering wheel inilah haluan restorasi menjadi lebih jelas yakni mengubah sebuah JB32 biasa menjadi tipe ELK kasta tertinggi dari JB32.
(BACA JUGA: Teknologi Rem Cakram Baru Porsche Cayenne, Kaya Apa Sih?)
Saat diambil, banyak bagian interior yang hilang atau pecah, terutama pada trim pembungkus interiornya.
Jurus perburuan barang eks Jimny Jepang pun dijabani.
Detik-detik terakhir hari justru berhasil mendapatkan jok lengkap limbah dari JB32 ELK.
Demi memberikan ciri ELK, dipasangkan emblem ELK, tyre cover serta footstep aluminium.
Berkat ketekunan dalam berburu, akhirnya satu-persatu barang tersebut berhasil diperoleh.
(BACA JUGA: Mesin-mesin Pendonor Tenaga Suzuki Jimny)
Footstep terakhir didapatkan, setidaknya butuh waktu 4 bulan untuk dapat menyematkan pijakan kaki ini pada jip milik Hary ini.
Pelek Bridgestone lingkar 16 banyak dipergunakan pada Jimny Kei, dipilih sebagai gacoannya.
Karena desain, diameter lebih besar serta lebar sesuai keinginan, berkesan ramping serta rapi dan alasan terakhirnya karena pelek ini tergolong cukup langka.
“penantian lama ini berbuah manis, semuanya sesuai dengan perjuangan dan pengorbanan yang ada,” tutupnya.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di Inside Jimny Vol 7.
Editor | : | Indra Aditya |
KOMENTAR