JIP.CO.ID - Frans Yoga, lelaki berumur seperempat abad ini doyan modifikasi mobil sejak SMA.
Penekanan pada sektor kaki-kaki selalu menjadi main course.
“Dulu tertantang masukin pelek ring 20 lebar 10,5 ke Accord Cielo,” tegasnya. Tapi, itu dulu.. tahun 2003 silam.
Seiring berlalunya fase ‘mobil ceper’ dalam hidupnya, memiliki mobil yang bisa diajak ke mana saja menjadi prioritas baru.
Nissan Navara yang sempat menjadi idola di awal kemunculannya pun menjadi pilihan.
(BACA JUGA: Royal Enfield Himalayan, Pilihan Baru Buat Touring)
“Enak juga ya punya mobil 4x4,” pikir Yoga di tahun 2008.
Tanpa ba bi bu ia pun membenamkan ban 33 inci di mobil off-road pertamanya, dengan harapan dapat menaklukkan lebih banyak medan.
Mulai dari iseng-iseng main di Pondok Cabe, sampai akhirnya ikut beberapa event adventure, Yoga akhirnya memutuskan untuk membangun kendaraan khusus untuk Off-road.
Singkat cerita ia akhirnya menjatuhkan pilihan pada Jimny SJ410 tahun 1992 sebagai platform.
Tetapi pengaruh ban 33 inci terus bergelayut saat ia membangun Jimny ini.
(BACA JUGA: Cara Kerja Pengecatan Bodi Mobil Tanpa Pakai Oven)
“Begitu dapat mobil bahan, target pertama adalah untuk melesakkan ban 33 ke dalam fender mungil ini,” jelas pria yang hobi mancing ini.
Ia tidak perduli apa kata orang, palu sudah diketuk, vonis pun telah dijatuhkan.
Kikin dari Bersama Motor Bekasi pun ditunjuk menjadi modifikatornya.
Maka sejak awal 2012, bergulirlah proyek Bigfoot ini.
Pelek lansiran Enkei berdiameter 15 inci dan ban GT-Radial Savero M/T 33x12.5 menjadi trigger menggelembungnya kolong Jimny.
(BACA JUGA: Lama Pengerjaan Bengkel Ketok Magic Vs Body Repair Umum)
Selanjutnya sepatbor juga ikut dicoak selebar 10 cm, diikuti body lift menggunakan teflon setebal 5 cm, sebanyak 8 buah.
Agar makin pede, kaki-kaki Samurai turut dibenamkan.
Masalah berikutnya adalah tenaga mesin F10A tidak dapat mengakomodir gardan baru dan ban 33.
Mesin Vitara G16B yang memang cukup populer di kalangan pencinta Jimny pun menjadi pilihan, walaupun Yoga membiarkannya dalam kondisi standar.
“Yang penting mesinnya sehat & handal diajak adventure,” jelas anggota klub DirtyFun ini.
(BACA JUGA: Meluncur Besok Siang, Berikut Perkiraan Harga Toyota C-HR)
Karena emang niat buat main adventure, interior pada Jimny ini pun dilengkapi rollbar.
Tapi dengan alasan kenyamanan, Yoga lebih memilih jok Recaro LX ketimbang bucket kompetisi.
“Soalnya sering dipake harian juga, kenyamanan harus tetep diperhatiin!”
Setelah proyek Jimny ini kelar, pengusaha restoran ini pun makin semangat ikut event adventure baik dengan teman di klub, maupun pada skala yang lebih besar.
Untuk mobil yang masih dipakai harian, penggunaan correction per cukup jarang, karena cukup merepotkan untuk manuver dalam kota.
(BACA JUGA: Toyota Fortuner Ganti Muka Ala Lexus, Lumayan Ganteng Lho!)
Yoga pun berencana untuk melakukan koreksi pada suspensi yang masih menggunakan teknologi per daun ini, dengan penggunaan coilover shock berdampingan dengan air shock FOX yang sudah terinstall.
Denger-denger sih proses upgrade sedang dilakukan, yang penting jangan lebih banyak upgradenya daripada touringnya hehehe…
Editor | : | Indra Aditya |
KOMENTAR