Jip.co.id - PT Astra Daihatsu Motor mencoba untuk mengisi celah pasar compact SUV yang ada, 2006.
Memiliki ground clearance tinggi, kenyamanan baru, serta daya angkut optimal dengan 7 seater, menjadi daya tarik kuat bagi Terios di pasar Tanah Air.
Produk kolaborasi kedua antara Daihatsu dengan Toyota setelah Avanza-Xenia ini mampu memberi warna lain untuk melahirkan sebuah Compact SUV dengan harga terjangkau.
Kesan gagah khas SUV pun tercermin dari desain bodi yang dimiliki Terios, berkat perpaduan gril besar dengan roof rail serta pelek alloy 16 inci.
Unsur modern pun tersirat dari headlamp model proyektor. Memasuki interior, akomodasi 7-seater menjadi poin lebih pada Compact SUV Daihatsu ini.
Apalagi dengan AC double blower yang menjamin kenyamanan seluruh penumpang.
Head unit double DIN pun mampu memutar kepingan CD dalam format MP3.
Baca Juga: Modifikasi SUV, Daihatsu Terios Tampil Lebih Macho Pakai Body Kit Ini
Dan fleksibilitas bangku, kian memberikan sisi kepraktisan.
Sedangkan untuk dapur pacu, Daihatsu mempercayakan mesin berkapasitas 1.500 cc seperti yang digunakan pada Toyota Avanza 1.5 S dan Daihatsu Gran Max.
Tetap mengandalkan teknologi VVT-i, membuatnya mampu bekerja efisien.
Sayangnya, power to weight ratio yang kurang baik dan peruntukannya bagi 7 penumpang, membuat Terios butuh perbandingan gigi akhir yang cukup besar (5,571:1).
Alhasil, raungan mesin pun menjadi tinggi saat melaju konstan di kecepatan 100 km/jam.
Hal inilah yang membuat konsumsi BBM Terios TX manual menjadi agak mirip dengan SUV yang memiliki kapasitas yang lebih besar.
Baca Juga: Modifikasi SUV, Daihatsu Terios Tampil Lebih Macho Pakai Body Kit Ini
Dengan rentang harga Rp 139,6 juta sampai Rp 177,9 juta, Daihatsu menyediakan 9 pilihan tipe.
Rentang harga yang luas ini ini kian memudahkan konsumen untuk memilih varian yang cocok dari Compact SUV 7-seater Daihatsu ini.
Terios pun jadi mobil laris dan nama Terios seakan jadi brand tersendiri terpisah dari Daihatsu.
Nah, siapa dari Anda yang pernah memakainya? Pasti tahu plus minus mobil ini.
Kisah Duo Rush Terios
Toyota Rush dan Daihatsu Terios mengambil basis BeGo di Jepang.
Secara tak langsung, Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Joko Trisanyoto menyebut, kedua pabrikan coba mengakomodasi celah yang diinginkan konsumen.
Baca Juga: Depresiasi Toyota Rush vs Daihatsu Terios setelah Satu Tahun
"Sekarang era informasi, dalam sekejap mode di luar negeri bisa langsung diadaptasi dan dilihat di Indonesia. Makanya, pasar semakin tersegmentasi," tutur Joko, Oktober 2006.
Tak heran, jika Toyota tak lagi mengandalkan Kijang sebagai jualan utama.
Bila dahulu sebelum era informasi terbuka lebar, Toyota Kijang punya hampir 24 varian, kini jenisnya semakin disusutkan lagi oleh pihak TAM.
Langkah ini semata dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang tak lagi puas dengan satu model.
Itu juga sebabnya Toyota-Daihatsu membuat varian-varian mobil yang sudah ada semakin dipersempit.
Ambil contoh Xenia dan Avanza yang punya varian dari rentang harga terendah Rp 80 jutaan.
Baca Juga: Modifikasi SUV, Daihatsu Terios Ini Emang Pol Banget Ubahannya
Ada versi 1.000 cc yang dijagokan Daihatsu, sementara 1.300 jadi pegangan Toyota untuk merangsek pasar.
Begitu pun ketika muncul versi 1.300 bertransmisi matik dan 1.500 cc.
Mereka rela melempar produk ke pasar kecil demi meraih volume total di pasar Indonesia.
Tampaknya Xeniavanza memang diposisikan utnuk merebut pasar kelas MPV 'murah'.
Artinya, keduanya untuk melengkapi jajaran MPV Toyota Daihatsu yang kini sudah ada di kelas murah (Xenia dan Avanza), menengah ada Kijang Innova.
Lantas kelas premium yang mengandalkan Toyota Previa (walaupun tidak terlalu diunggulkan).
Sementara di jajaran SUV, saat ini Toyota sendiri belum memiliki jagoan di kelas bawah.
Baca Juga: Untuk Modif Mobil Ini, Butuh Biaya Setara Satu Daihatsu Terios
Dalam jajaran produknya mereka hanya punya kelas atas yaitu Lexus RX (atau biasa disebut Toyota Harrier) dan kelas menengah yang mengandalkan Toyota Fortuner.
Kemunculan Toyota Rush dan Daihatsu Terios untuk mengisi pasar SUV kelas bawah yang memang masih lowong dalam line-up produk mereka.
Pertanyaan pada 2006 silam, mampukah dua sejoli ini?
Kini di tahun 2020 kita bisa lihat betapa strategi ini sungguh jitu.
Editor | : | Iday |
KOMENTAR