Jip.co.id - Renault merilis Duster pada tahun 2013, mencoba merangsek ke segmen SUV.
Sosoknya saat itu bikin penasaran dengan karakter SUV compact yang terbilang belum ada lawannya di pasar Tanah Air.
Jelas saja, dengan mesin diesel berkapasitas 1.461 cc dilengkapi turbocharger, Duster hadir sendirian di kelas SUV compact.
Dilihat dari harga, pesaing terdekat yakni Nissan Juke, yang dijual Rp 259 juta, tapi menggunakan mesin bensin dan bertransmisi otomatis.
Yang menarik, Renault Duster sanggup tampil ala jip namun tetap praktis digunakan untuk rute dalam kota.
Soal penampilan, desain lampu besar dan kotak, tampilan Duster terbilang gagah.
Langsung masuk kabin, posisi duduk masih nyaman dan daya pandang ke segala arah termasuk luas.
Hanya, kualitas material dasbor dan jok masih biasa saja.
Tapi Duster memberikan storage berlebih untuk menyimpan berbagai barang.
Sayang, headrest terlalu mundur. Jadi, ketika leher ingin istirahat sebentar, posisinya tidak lagi nyaman untuk mengemudi.
Enaknya, untuk mencari depth perception dimensi bodi sepanjang 4.315 mm enggak susah.
Jadi, feeling mengemudi lebih gampang.
Patokannya mudah saja. Ketika duduk di jok pengemudi, lihat kap mesin yang meninggi di depan.
Lalu, ukur saja kira-kira di bagian paling ujung kap mesin tersebut adalah sisi terdepan Duster.
Nah, ketika menengok ke belakang melalui spion, patokan sisi terluar adalah desain sepatbor yang lebih menonjol seperti over fender.
Selesai mencari feeling, kami coba putar kunci kontak.
Mesin 4 silinder segaris berkode K9K, dengan teknologi dCi (diesel Common-rail injection) menderu halus dengan getaran khas diesel.
Tapi mesti ingat, kecanggihan teknologi mesti dibayar dengan membeli bahan bakar diesel non subsidi ya.
Sanggup mengeluarkan tenaga hingga 83,8 dk dengan torsi 200 Nm.
Mesin ini punya nilai konsumsi BBM fenomenal.
Hasil pengetesan melalui rute dalam kota mencatat 1:13,23 liter per kilometer.
Sementara berjalan konstan 100 kpj hanya berhasil meraih angka 1:22,1 liter per kilometer.
Sistem transmisinya pun terbilang enak, walau sayangnya belum disediakan pilihan transmisi otomatis untuk yang ingin berkendara sehari-hari di kemacetan rute perkotaan.
Pedal kopling terbilang enteng, tapi posisinya terlalu mepet dengan dinding rumah transmisi.
Untuk yang memakai sepatu ukuran 43, kerap kali terpentok kalau ingin menyandarkan kaki di foot rest.
Sebagai SUV ala jip yang seru untuk berkendara di dalam kota, suspensi Duster juga mumpuni.
Guncangan dari jalan rusak ataupun speed bump di jalan tol mampu dilibas tanpa rebound berlebih.
Sangat cocok nih untuk yang komplek perumahannya banyak polisi tidur.
Bantingan mobil ini begitu lembut.
Bukan hanya untuk ukuran SUV, tapi juga jika dibandingkan sedan sekalipun.
Sekasar apapun jalan, Duster mampu meredam getaran dengan sangat baik. Bahkan diajak jumping di medan off-road, mendaratnya enak pol.
Resikonya tentu ketika kecepatan mulai tinggi. Gejala body roll mulai terasa.
Memang masih terbantu ban ukuran 215/65R16.
Feeling-nya, ban masih terasa menempel di aspal, namun bodi mulai terasa goyah ke sisi berlawanan.
Pun begitu dengan sistem peredaman kabin yang sangat baik khas kendaraan asal Eropa.
Menempuh kemacetan di Jakarta yang begitu kejam dengan suara klakson riuh rendah.
Duster sangat nyaman karena mampu mengurangi tingkat stres berkendara.
Saat baru, Renaukt Duster dijual dengan harga Rp 249 juta (on the road) untuk tipe tertinggi, RxL MT.
Untuk kondisi sekennya sudah ramah di kantong, kisaran Rp 100 jutaan tahun 2013.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Otoseken.id |
KOMENTAR