Jip.co.id - Dalam pengertian bebas, trial racing adalah lomba ketangkasan dengan menggunakan wahana berupa kendaraan.
Belakangan ini semakin akrab di telinga mengenai Jimny Trial.
Penampilan Jimny Trial ini tak jauh berbeda dengan penampilan Jimny pada umumnya, namun boleh dimodifikasi menjadi lebih tinggi, tanpa mengutak-atik wheelbase ataupun jarak sumbu roda.
Dengan demikian, skill pengemudi menjadi faktor dominan.
Baca Juga: Walaupun Mobil Jarang Digunakan Rawatlah Ban Mobil Anda
Nampaknya hal inilah yang mengilhami Teo Tomy Soesanto dalam mendandani Jimny JA23nya.
“Aturan Trial di Jepang memang belum lazim di sini, namun setidaknya kita bisa melihat ini bisa jadi solusi untuk membatasi aplikasi perangkat teknologi, yang berujung pada pertarungan budget di kompetisi”, papar Tomy.
Mesin berkode K6 dengan bubungan ganda serta dilengkapi dengan turbocharger dan intercooler cukup bertenaga untuk memboyong jip dengan bobot di bawah 1 ton ini.
Mesin yang sudah diperkenalkan sejak era Jimny JA22 ini berdaya 63 hp.
Di atas kertas lebih besar 18 hp dibandingkan mesin F10A yang menjadi standar Jimny dan Katana di Indonesia.
JA23 yang satu ini menggunakan transmisi matik yang dikawinkan dengan transfecase 2 percepatan paruh waktu.
Berbeda dengan kebanyakan transfercase yang beredar di pasar lokal, yang ini menggunakan mekanisme rantai (chain drive) untuk menggerakkan girnya. Mekanisme ini lebih advance dibandingkan gir, lantaran lebih lembut dan presisi.
Transfercase dengan rantai ini mulai diperkenalkan pada era JA12/JA22 dan JB32.
Baca Juga: Hill Descent Control, Fitur Andalan SUV Buat Turuni Bukit
Bodi bagian belakang dibiarkan melompong tanpa lantai. Posisi kosong inipun kemudian dialih fungsikan sebagai tempat ban serep.
Untuk pilihan ban, Tomy memilih Super Swamper TSL 29x8.5x15 dipilih lantaran reputasinya yang mendunia.
Walau masih mengandalkan formula lama, namun ban bikinan Amerika ini masih cukup untuk ber-saing dengan ban-ban moderen.
Semenjak era JA12 (kei car) dan JB 32, Jimny telah menanggalkan suspensi per daun dan beralih ke per keong, yang berimbas pada kenyamanan dan handling yang lebih baik.
Walau demikian, nampaknya Tommy belum puas dengan performanya. Ia pun mengup-grade menggunakan per yang lebih panjang dan keras, supaya tidak limbung.
Sedangkan gardan sama sekali tidak diusik, dan Tommy termasuk beruntung lantaran mendapatkan versi gardan belakang yang sudah dijejali limited slip bawaan pabrik.
Editor | : | Nabiel Giebran El Rizani |
KOMENTAR