Jip.co.id - Teuku Harimansyah Zagloel mengakui dirinya pernah jatuh cinta pada muscle car Camaro semasa kuliah.
Tetapi dalam perjalanannya Ia justru tertarik pada Chevrolet Blazer lantaran dianggap gagah.
“Bagi saya Chevy adalah The Spirit of America,” sambutnya.
“Setelah dicoba kok mesinnya kecil. Buat saya belum kena semangat Amerikanya. Ya sudah mimpi itu saya kubur," kata Hariman.
Tahun 2001 muncul Blazer Vortec V6 tapi harganya enggak sopan, waktu itu Rp 500 juta lebih apalagi pasca krisis moneter.
"Walah, saya pending aja dan sejak itu saya bilang suatu hari harus beli.”
Singkat cerita, mobil impiannya berhasil diraih namun ternyata belum jua mengena dihati.
“Suara dan feelnya kendaraan Amerika kayak enggak keluar. Saya bilang mesin V6 ini mesti diganti lagi nih.” ucap pria yang akrab disapa Wan Har.
Setelah browsing, Wan Har menemukan saudara lain yakni Chevy S10 pikap. “Wah Amerika banget nih,” celetuknya.
Sayangnya model ini tidak masuk ke pasar Tanah Air.
Berbekal studi lewat internet, Ia mencari kawinan swap engine yang disarankan untuk Blazer.
Pilihannya antara mesin Camaro atau Corvette LS1.
“Syaratnya harus pakai basis Vortec V6 karena Blazer lokal beda dudukkan dan sebagainya,” jelasnya.
Tanpa pikir panjang lagi, Wan Har segera memesan mesin Camaro V8 model 2001 berikut girbok dari negeri Paman Sam.
Vortec yang diperoleh dari temannya langsung ‘dibuntungin’ sementara bak orisinil S10 juga diboyong dari Amerika.
“Saya enggak mau bikin bak tiruan, harus otentik meski bak bekas,” tegasnya.
Editor | : | Panji Maulana |
KOMENTAR