Untuk itulah Didik lantas mengganti mesin bawaannya dengan mesin Toyota 7K-E copotan Toyota Kijang EFI yang berkapasitas 1800cc berikut dengan girboksnya.
“Selain memiliki cc yang lebih besar dan sudah mengusung sistem injeksi. Keberadaan sparepartnya juga melimpah,” jelasnya.
Untuk mewujudkannya, bengkel ARJ didaulat untuk menangani proses engine swap.
Namun memindahkan mesin baru ternyata tidak semudah seperti bayangan awal.
Sejumlah penyesuaian yang terbilang rumit pun harus dilakukan.
Permasalahan awal adalah karena karter oli mentok dengan gardan. Tidak ada solusi selain memajukan gardan depan sekitar 13 cm.
"Dan sistem suspensi standar mau gak mau harus dipensiunkan. Gantinya kita buatkan sistem 4 link coil spring.” ujar Wahyu Hidayat, punggawa bengkel ARJ.
Namun ternyata permasalahan tidak lantas selesai disini.
Menyesuaikan girboks Kijang yang dimensinya lebih panjang, ternyata harus memundurkan gardan belakang sekitar 13 cm.
"Karena kopelnya jadi terlalu pendek jika tidak dimundurkan. Sistem suspensi akhirnya kita samakan dengan yang depan.” beber Wahyu.
“Kalau di total, wheelbase melar lebih dari 25 cm,”. tambahnya. Niat awal hanya mengganti mesin akhirnya merambat sampai ke kaki-kaki hehehe….
“Overall saya puas. Yang pasti sekarang masuk medan off-road berduaan dengan istri makin pede hehehe," tutup Didik.
Editor | : | GBRN |
KOMENTAR