JIP.CO.ID - Dunia balap sudah mendarah daging bagi Nicolas Edwin Pattiasina.
Sejak usia belia, Nicolas sudah eksis di dunia kompetisi, terlebih roda empat.
Maraknya speed off-road belakangan ini mebuat nafsu kompetisinya pun bangkit, dan penyakit balapannya kambuh.
Bagi Nicolas, bukanlah suatu kendala untuk balap dengan budget rendah.
“Tergantung masing-masing individu, namun bagi saya balapan tak harus tampil ‘wah’, dan bisa disesuaikan dengan budget kita,” tutur ayah dari Dakotama Pattiasina dan Riviera Ghia Putri Pattiasina ini.
“Kondisi bodi berantakan, biarkan saja….hehehe,” kekehnya.
Dengan resep yang ia terapkan itu, Nicolas membuktikan dirinya tetap eksis dalam menekuni putaran seri 2012 hingga 2013 ini.
Dan dari bisik-bisik kiri dan kanan, biaya yang ia keluarkan cukup fantastis, jauh di bawah biaya rekan-rekan pembalap lainnya.
Mesin F8A berkapasitas 0.8 liter tetap dipertahankan, cukup melakukan penyegaran dengan mengganti komponen yang telah aus.
Lantaran kondisi piston bawaan mesin sudah kurang bagus dan dinding silinder yang cacat tergores, maka diameter piston pun diperbesar hingga oversize 50 saja, itu dirasa cukup.
Performa dituai dengan melakukan porting polish, penggantian cam, per klep serta penggantian karburator dan pemasangan header 4-2-1.
Jika biasanya mesin dimundurkan untuk mendapatkan distribusi berat yang lebih baik, jip satu ini mendapat perlakuan berbeda.
Sasis bagian depan diperpanjang 15 cm, dengan demikian wheelbase pun mulur 15 cm.
Transmisi dan transfercase LJ80 masih tetap dipertahankan pada fungsinya.
Pernah terpikirkan untuk mengganti transmisinya dengan milik SJ410 tahun lama.
Walau lebih bersahabat pada cara pemindahan giginya, transmisi Jimny Gen 2 tersebut belum dirasa pas terutama pada perbandingan rasio pada girboks.
Girboks bawaan aslinya yang dianggap paling klop dengan yang diinginkan.
Kendati faktor esteika jelas-jelas dicoret dalam daftar, namun tidak demikian dengan faktor keamanan.