JIP - Layaknya rangka dalam tubuh manusia, sasis memiliki peranan penting yang membangun karakter dan kekuatan mobil.
Entah itu untuk mendukung performa dan handling, hingga durabilitas serta kemampuan mobil dalam menghadapi medan perjalanan.
Bagi jip dan kendaraan 4x4, sasis sangat penting dalam kemampuannya untuk menerjang medan offroad, baik ringan hingga ekstrem.
Pada dasarnya, ada dua konstruksi sasis yang umum digunakan.
Pertama adalah body on frame. Konstruksi sasis model ini menjadi salah satu konstruksi sasis tertua yang pernah diaplikasi pada mobil.
Body on frame menggunakan dua buah batang besar yang diikat oleh cross-member pada bagian depan, tengah dan belakang.
Karena tersebut, body on frame juga populer dengan sebutan ladder on frame, karena mirip tangga.
Keunggulan body on frame terletak pada kekuatan dan daya tahannya dalam menahan beban, twist (perubahan bentuk sasis akibat tekanan karena perbedaan ketinggian medan atau bobot pada satu titik sasis) dan hantaman.
Itulah kenapa jip, kendaraan 4x4, truk dan kendaraan berat (heavy duty) pada umumnya menggunakan konstruksi model ini.
Selain itu, pada dunia offroad, body on frame juga memiliki kelebihan ketika ingin menggunakan ban offroad berukuran besar, salah satu siasatnya dengan menggunakan body lift.
Sehingga, dengan jarak antara bodi dan suspensi lebih lebar, memungkinkan untuk menggunakan ban offroad ukuran besar tanpa khawatir bergesekan dengan bodi atau fender.
Body on frame juga memiliki kelebihan lainnya, berupa struktur yang modular.
Artinya, dalam satu konstruksi sasis, bisa diperuntukkan beberapa model kendaraan, mulai dari jip, double cabin, pick-up hingga SUV tanpa harus merombak banyak pada bagian desainnya.
Hal ini berimbas pada ongkos produksi yang dapat ditekan seminimal mungkin.
Yang menyedihkan, setelah Toyota FJ Cruiser berhenti produksi pada 2014 untuk pasar Amerika dan 2016 untuk pasar Jepang, membuat SUV yang menganut konstruksi body on frame hampir punah.
Kini, harapan atas sebuah SUV dengan body on frame hanya bersandar pada 4Runner dan Land Cruiser 200 Series.
Sementara wakil Eropa, Mercedes-Benz G-Class masih bertahan dengan tradisi ladder frame.
Di Amerika, ladder frame masih menjadi favorit untuk menjadi rangka utama SUV bongsor mereka.
Sementara konstruksi monocoque memang identik dengan kenyamanan dan kelincahan handling.
Namun bukan berarti SUV dan kendaraan 4x4 menolak untuk mengadopsi konstruksi sasis monocoque.
Ada Jeep yang berani memperkenalkan sasis monocoque, yakni Cherokee pada 1984.
Tak bisa dipungkiri, kehadiran SUV monocoque menjadi tonggak perubahan konsep desain atas SUV dan 4x4 di dunia.
Konstruksi monocoque sendiri memiliki banyak keunggulan.
Pertama soal bobot. Dengan konstruksi sasis dan body yang menjadi satu, bobot dapat terpangkas dengan signifikan.
Hal tersebut berimbas pada konsumsi bahan bakar yang lebih efisien.
Selain itu, monocoque juga menawarkan kenyamanan yang tak bisa diakomodir oleh konstruksi ladder frame atau body on frame.
Dengan konstruksi body dan sasis one piece, peredaman guncangan dapat terserap lebih optimal.
Karena konstruksi once piece tersebut, juga menawarkan rigiditas yang lebih baik, sehingga membuat handling menjadi lebih manusiawi.
Sasis monocoque modern juga telah dilengkapi dengan konstruksi rangka penyerap benturan alias crumple zone, yang memiliki nilai safety lebih mumpuni.
Namun ketika berbicara tentang ketangguhan dan daya tahan dalam menopang bobot serta menerjang medan buruk, monocoque harus mengakui kehandalan konstruksi ladder frame atau body on frame.
Desain layaknya “cangkang” tersebut kerap fatigue ketika mendapatkan tekanan akibat beban, twist dan hantaman.
Keterbatasan sasis monocoque ketika diajak offroad tak membuat pabrikan mobil pasrah begitu saja.
Range Rover misalnya. Pabrikan asal Solihull ini membuat terobosan dengan menggabungkan antara monocoque dan ladder frame pada Range Rover di tahun 2002.
Pada dasarnya, Range Rover menganut monocoque, namun diberikan penguatan pada bagian under carriage-nya dengan menambahkan sasis baja.
Hal ini diklaim mampu memberikan kekuatan dan daya tahan berlipat ganda dibanding sasis monocoque konvensional, namun tetap nyaman layaknya sebuah SUV premium.
Penggunaan suspensi udara yang dapat memberikan ground clearance ekstra, menjadi penyelamat bagi SUV berbadan bongsor ini.
Resep inilah yang akhirnya diaplikasi pada SUV lainnya, seperti Mercedes-Benz GL-Class.
Perhatian terbesar para 4x4 enthusiast kini tertuju pada penerus Land Rover Defender, yakni Land Rover DC100.
Dari berbagai sumber, jip konsep tersebut ternyata menggunakan konstruksi monocoque, dengan kombinasi rangka terbuat dari aluminium untuk body dan baja untuk under carriage.
Tentunya, dengan sederet ikut campur teknologi yang membuat sebagai mobil 4x4 pintar.
Akankah sasis ladder frame punah? Atau berevolusi dengan bantuan teknologi?
Pasarlah yang akan menjawabnya dengan lugas. Pratomo FJ
Editor | : | inne |
KOMENTAR