Jip.co.id - Minimnya fitur yang dibawa untuk versi Indonesia, jadi titik tersulit untuk meyakinkan kalau sebenarnya ini adalah SUV kompak yang sangat baik.
Nah, hal ini terjadi pada All New Hyundai Tucson GLS. Untuk menjaga agar harga jualnya masih di bawah Santa Fe Sport dan Rp 400 jutaan, pemotongan fitur pun dilakukan.
Tapi hal ini memunculkan pertanyaan, untuk apakah sebenarnya membeli sebuah SUV kompak? Bila kapabilitas menjelajah SUV dan kenyamanan ala sedan yang diincar, All New Tucson sebenarnya will do just fine.
Namun bagaimana kalau fitur tetap jadi perhitungan utama? Masih ada kah kelebihan yang ditawarkan pesaing Kia Sportage ini? Simak ulasan lengkapnya.
FITUR
Ya, ini bagian yang paling kami khawatirkan. Kunci yang digunakan bahkan seperti turun level dari Tucson sebelumnya, masih menggunakan jenis alarm terpisah seperti yang digunakan Grand Avega selama 5 tahun.
Hal ini pun berefek pada fitur auto electric folding mirror yang tidak bekerja. Lalu ada fascia tengah yang terlihat sangat polos karena tidak ada monitor head unit.
Jujur, kami suka dengan desain terintegrasi seperti ini karena loading time yang cepat, tidak terpengaruh sinar matahari dan kualitas suara yang patut diacungi jempol.
Untungnya, kamera mundur masih disematkan di spion tengah.
Bagi yang penasaran, bukan, itu bukan spion tengah yang bisa menggelap sendiri bila terkena cahaya (electrochromatic).
Tombol kecil di tengahnya hanya berfungsi sebagai pengatur brightness kamera. Lalu, benarkah tidak ada fitur yang jadi poin plusnya?
Paling tidak, MID yang cukup advanced, kemudian yang unik, bila sedang hujan dan wiper depan dinyalakan, wiper belakang akan otomatis aktif ketika tuas transmisi dimasukkan ke R untuk membuat visibilitas ke belakang lebih jelas.
Masih ada lagi pengatur ketinggian lampu depan, speed sensitive volume dan lubang AC untuk baris kedua.
Pada akhirnya, kekurangan fitur bukanlah hal yang kami rasakan sepanjang perjalanan.
Lebih tepatnya, minimnya fitur hanya menimbulkan kurangnya gengsi ketika sedang membandingkan dengan para pesaingnya, terutama yang dijual dengan harga lebih murah.
KENYAMANAN
Demi handling yang jauh lebih baik, setting suspensi, terutama yang belakang, cenderung dibuat keras. Walau untungnya, tidak terlalu mengurangi kenyamanan. B
antingannya masih membuat overall city driving terasa nyaman, juga dibantu ketebalan jok yang membuat duduk terasa empuk. Tapi yang membuat takjub adalah bagaimana jok belakang recline.
Bila biasanya hanya ada 2 atau 3 titik tertentu yang dipatok untuk mengubah sudut sandaran jok belakang SUV kompak atau yang biasanya malah absen, Tucson memberi fleksibilitas yang lebih baik.
Tuas untuk pengaturannya seperti yang ada pada sebuah MPV, sehingga sudut sandaran lebih fleksibel dan titik paling turun pun cukup rebah untuk bisa tidur dengan nyenyak sepanjang perjalanan.
Didukung leg room ekstra-lega dan lubang AC, penumpang belakang pasti sulit menemukan alasan untuk protes bila melakukan perjalanan jauh.
PERFORMA
Angka 10,9 detik untuk menembus 100 km/jam dari diam tidak bisa dibilang lambat. Paling terasa adalah waktu 0-60 km/jam yang hanya 4,9 detik, saat setiap pesaingnya masih di atas 5 detik.
Setiap pedal gas diinjak dari diam, rasa menyentak langsung terasa, menunjukkan betapa responsifnya mesin Nu ini di putaran bawah.
Perpindahan transmisi 6- percepatannya sangat mulus, namun tetap cekatan bila di-kickdown.
Sayang, gejala getaran berlebih dan suara raungan mesin yang tidak enak ketika menyentuh lebih dari 5.000 rpm mulai muncul. Getaran di kaki kiri pengemudi juga akan terasa setiap kali kickdown.
Namun yang mengkhawatirkan adalah konsumsi BBM-nya. Meski relatif irit bila dibawa konstan atau perjalanan luar kota yang jarang melibatkan kondisi stop and go, namun konsumsi ketika menjelajah kota yang macet seperti Jakarta sama sekali tidak spesial.
Apalagi bila tergoda dengan enaknya tarikan bawah yang kadang membuat ban depan sedikit berdecit bila kickdown dari diam.
HANDLING
Percaya atau tidak, ini jadi salah satu nilai jual Hyundai, dengan klaim SUV ini sudah dites di salah satu sirkuit terganas di dunia, Nürburgring Nordschleife.
Ternyata klaim tersebut tidak berlebihan. Sasisnya kini terasa jauh lebih rigid ketika bermanuver.
Dibantu dimensinya yang cenderung kompak dan posisi duduk yang cukup rendah, menikung ke sana-sini pun menjadi lebih pede.
Power steering elektris memang sedikit menghilangkan feedback sungguhan, namun kami memilih untuk bisa memutar setir dengan ringan ketika parkir seperti ini.
Data Spesifikasi
Mesin: Nu 2.0, 4-silinder segaris, MPI dengan D-CVVT
Kapasitas: 1.999 cc
Rasio Kompresi: 10,3 : 1
Tenaga Maksimum: 155 dk @ 6.200 rpm
Torsi Maksimum: 192 Nm @ 4.000 rpm
Transmisi: Otomatis 6-percepatan Shiftronic
Dimensi (p x l x t): 4.475 mm x 1.608 mm x 1.645 mm
Wheelbase: 2.670 mm
Ground Clearance: 182 mm
Radius Putar: 5,3 m
Sistem kemudi: MDPS (Motor Driven Power
Steering)
Suspensi Depan: MacPherson Strut, Anti Rollbar dengan Sokbreker Tipe Gas
Suspensi Belakang: Multi-Link dengan
Sokbreker Tipe Gas
Rem Depan/Belakang: Cakram Ventilasi/
Cakram dengan ABS, EBD dan BAS
Ukuran Ban: 225/60R17
Kapasitas Tangki: 62 liter
Berat: 1.426 kg
Harga: Rp 385.000.000 (on the road Jadetabek)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR