Jipedia, Jip Militer Agrale Marruá. Banteng Liar Dari Negeri Samba

Kamis, 20 Juli 2017 | 14:35 WIB

JIP - Mungkin Anda merasa bingung saat membaca kedua kalimat (judul dan pengantar) di atas yang saling bertentangan satu sama lain. Judulnya banteng liar, tetapi  kenapa pengantar di bawahnya malah berisi soal anggur lama? Apa hubungannya?

Nah, inilah kisahnya. Sang banteng liar (atau Marruá dalam bahasa Portugis) adalah nama jip militer asal Brasil yang terkenal tangguh, dan punya kemampuan prima saat bertugas dalam kondisi pemakaian ekstrem di kawasan Amerika Latin.

Sedangkan kalimat “anggur lama dan botol baru” mengacu pada sosok sang banteng liar yang berstatus NOS (new old stock) alias barang  lama namun kondisi baru.

Agrale Marrua

Kisah masa lalu jip militer ini, tepatnya sebelum resmi memakai nama Marruá pada tahun 2005, berawal ketika militer Brasil (terutama AD, angkatan darat) pada dekade 1980-an mengujicoba Engesa EE-12 (versi sipilnya disebut EE-4).

Awalnya, Engesa EE-12 ini disiapkan sebagai pengganti Jeep Willys MB dan Ford M151 MUTT (military utility tactical truck) yang semakin uzur.

Maklum, AD Brasil sudah memakai Jeep Willys MB sejak akhir Perang Dunia II, sementara Ford  M151 MUTT berdinas mulai tahun 1960-an.

Terkesan dengan kemampuan jelajah segala medan yang mumpuni, AD Brasil lalu memesan EE-12 sebanyak 56 unit untuk keperluan uji coba lanjutan.

Rupanya, kemampuan hebat EE-12 turut mendorong pembelian oleh militer asing seperti Angola (92 unit), Jordania (200 unit) dan Suriname (20 unit).

Sayangnya, saat AD Brasil berminat untuk menambah pembelian EE-12, sang produsen Engesa SA malah bangkrut pada 1993, sehingga program EE-12 pun terbengkalai begitu saja.

Agrale Marrua

Bubarnya Engesa SA tidak memadamkan semangat para mantan engineer-nya untuk tetap meneruskan program EE-12 yang sempat mangkrak.

Berbekal bantuan dari perusahaan lokal (Columbus &  Ceppe), mereka mengembangkan “kemasan botol baru” kepada “anggur lama” Engesa EE-12 agar bisa mengikuti tender AD Brasil untuk pengadaan jip militer (kelas ½ ton & 4WD) yang  didesain  dan diproduksi secara lokal.

Akhirnya pada Pebruari 2003, 3 unit reinkarnasi Engesa EE-12 yang dibaptis dengan nama Marruá berhasil disiapkan untuk keperluan uji coba AD Brasil.

Karena modal kerja semakin menipis, setelah menyiapkan unit test drive tadi, tim Marruá mencari investor baru. Dan kali ini mereka dibantu oleh Agrale, yang bergerak dalam bisnis bus, truk dan traktor.

Melihat besarnya minat AD Brasil terhadap Marruá, Agrale menginvestasikan anggaran sebesar US$ 11 juta untuk memproduksi Agrale Marruá mulai Pebruari 2004.

Selanjutnya Agrale Marruá menjalani serangkaian uji coba lanjutan sejauh hampir 100.000 km, dan beragam pengembangan lainnya agar bisa memenuhi seluruh permintaan AD Brasil.

Hasilnya, AD Brasil memberikan sertifikasi final pada Juli 2005 yang berarti Agrale Marruá resmi memasuki dinas militer, kemudian disusul pembelian dalam jumlah besar. 

Agrale Marrua

Setelah tuntas membahas kisah masa lalu Agrale Marruá, tiba giliran mengupas soal  “kemasan baru untuk anggur lama”. Ungkapan “kemasan baru” terletak pada aspek non-kosmetik yang sangat vital bagi kinerja Marruá, seperti mesin dan transmisi.

Sedangkan jargon “anggur lama” mengacu pada unsur rekayasa teknologi yang mengadptasi  ramuan Ford M151 MUTT dan Engesa EE-12. Penasaran? Mari kita kupas satu demi satu. 

Dari segi penampilan, konsep  “anggur lama” rupanya masih dianggap relevan. Tidak lain karena desain bodi serbakotak yang terkesan kaku namun sederhana dan mudah diperbaiki, memang lebih cocok untuk kebutuhan konsumen militer daripada kalangan sipil.

Agrale Marrua

Uniknya, ketika Agrale Marruá dan Engesa EE-12 yang sejatinya bersaudara kembar itu diposisikan berdampingan, langsung terlihat kalau sang banteng liar lebih cocok disebut sebagai saudara muda yang tampil lebih dinamis dan modern.

Rupanya polesan pada desain kap mesin dan gril serta pemindahan posisi wiper (dari atas windshield ke bawah windshield) dianggap cukup signifikan untuk membedakan sosok  EE-12 dan sosok Marruá.  

Setelah memoles aspek penampilan, para engineer Engesa yang membidani Marruá lalu memasang mesin diesel 4 silinder 2,8 liter turbo intercooler (EE-12 memakai mesin bensin 2,5 liter) hasil lisensi MWM Jerman,

yang tersedia dengan beragam pilihan emisi gas buang, mulai Euro 2 sampai Euro 3. Mesin diesel ini menghasilkan torsi besar pada putaran rendah (340 Nm - 360 Nm pada 1.600 rpm - 2.000 rpm)

dan dipadukan bersama transmisi manual 5-speed keluaran Eaton dengan spesifikasi dog-leg (sama seperti EE-12).

Interior

Berbeda dengan transmisi manual lainnya, transmisi dog-leg pada Marruá memiliki posisi gigi 1 di sisi kiri bawah, dan posisi gigi mundur di sisi kiri atas. Secara spesifik, tim Agrale memilih transmisi Eaton karena gigi 1-nya mempunyai gear ratio yang  super-low (6,3 - 6,8:1).

Dari sudut teknis, kombinasi transmisi dog-leg dan gigi 1 dengan super-low ratio  dinilai cocok untuk pemakaian dalam kondisi ekstrem. Intinya, racikan dan posisi gigi 1 serta gigi mundur memang disiapkan secara khusus untuk penggunaan di medan off road.

Sedangkan gigi 2-5 dipakai untuk kondisi normal jalan raya, dan pengemudi bisa menjalankan Marruá dengan langsung memilih gigi 2 tanpa harus melalui gigi 1 lebih dahulu.

Agrale Marrua

Masih di sektor drivetrain, Marruá tetap melanjutkan “tradisi” yang telah dimulai oleh EE-12 dan sebelumnya, Ford M151 MUTT (Military Utility Tactical Truck).

Disebut tradisi  karena ketiganya (EE-12, Ford M151 dan Marruá) sama-sama menggunakan transfercase jenis part-time single speed (1-speed) tanpa low gear ratio.

Pertimbangan teknisnya, gear ratio gigi 1 sudah super-low, sehingga tidak lagi membutuhkan transfercase dengan low gear ratio. Apalagi torsi besar pada putaran rendah tentunya menjamin mobilitas Marruá di medan off road berat.

Secara teknis, transfercase Marruá hanya memiliki satu gear ratio (high gear ratio) dengan perbandingan 1:1, dan satu tuas untuk mengatur mode 2WD (2H) maupun 4WD (4H).

Karena transfercase hanya punya satu gear ratio dan satu tuas, maka pengoperasian sistem gerak 2WD dan 4WD oleh operator menjadi  lebih mudah dan sederhana.

Singkatnya, untuk pemakaian di medan off road, aktifkan gardan depan (mode 4WD) dan selebihnya gunakan mode normal (2WD). Tidak perlu bingung dan repot untuk menentukan kapan harus memakai gear ratio 4H atau 4L.

O ya, untuk mengurangi keausan dan gesekan saat bergerak dengan mode 2WD, gardan depan Marruá dilengkapi free wheel hub manual buatan AVM.

Agrale Marrua

Untuk meneruskan torsi mesin kepada seluruh roda, Marruá mengandalkan sepasang gardan Dana dengan komposisi Dana 44 (depan) dan Dana 60 (belakang plus LSD).

Kedua gardan tangguh itu didukung suspensi model 3-link (2 lengan ayun + 1 lateral rod) dengan per keong (coil spring) dan dilengkapi final gear ratio 4,1:1 yang dianggap sebagai kompromi paling sesuai untuk pemakaian on-road dan off-road.

Gardan belakang Dana 60 tersedia  dengan tipe semi floating, sedangkan opsi Dana 60 full floating disiapkan untuk menjawab kebutuhan operasional pengguna, yang memerlukan perangkat kaki-kaki yang lebih kuat.

Selaku kendaraan militer, Marruá menawarkan kemampuan serbaguna dan fleksibilitas tinggi berupa kemudahan untuk berganti peran dan konfigurasi seperti menjadi kendaraan angkut personal (mampu membawa 4 orang tentara bersenjata lengkap),

menggotong berbagai macam persenjataan ringan sampai berat, atau bertugas sebagai stasiun  komunikasi.

Sebagai model dasar tersedia AM 1 Euro II dengan kapasitas angkut 4 tentara atau  500 kg barang (plus 500 kg di trailer) dan atap kanvas atau hardtop.

Selanjutnya ada versi  AM 2 Euro III dengan mesin diesel baru untuk memenuhi standar regulasi emisi gas buang yang lebih tinggi.

Mengingat kebutuhan pengguna terus meningkat, Agrale merilis AM 10 Euro II dan AM 11 Euro III dengan sasis yang lebih panjang daripada AM 1, dan menawarkan kapasitas angkut 5 orang tentara atau 750 kg barang (plus 500 kg di trailer).

Agrale Marrua

Berbekal platform AM 10 dan AM 11, Agrale mengembangkan varian AM 10 Rec Euro II dan AM 11 Rec Euro III untuk keperluan reconnaissance yang dilengkapi senapan mesin FN MAG (kaliber 7,62mm NATO) atau Browning M2 HB (kaliber 12,7 mm NATO), atau rudal anti-tank atau recoilless gun 106 mm. 

Tidak heran kalau sang banteng liar ini bukan hanya digunakan oleh AD dan Korps Marinir Brasil, juga oleh militer negara lain seperti Argentina, Ekuador dan Namibia.

Bahkan, Argentina memakai banteng liar ini untuk misi United Nations Peacekeeping di  Haiti sejak  2009 sampai sekarang. Vale tudo para este tipo de 4x4! (anything goes for this kind of 4x4)   

Data teknis 

Mesin                                       MWM, 4 silinder segaris, turbo diesel intercooler 

Kapasitas                                 2.799 cc

Tenaga                                     132 hp/3.600 rpm

Torsi                                        340 Nm/ 1.800 rpm

Transmisi                                 manual 5-speed 

Gardan                                    Dana 44 & Dana 60 (final gear ratio 4,1:1)

Suspensi                                  solid live axle & 3-link

Rem                                         cakram dan tromol

Dimensi                                    P x L x T                                  3,8 x  1,92 x  1,95 meter 

Performa

Kecepatan puncak                  120 km/jam 

Kecepatan minimum               4 km/jam 

Tanjakan  maksimum              60%

Side slope                                30%

Fording depth                          600 mm (tanpa snorkel) 

Ground clearance                    260 mm 

Sudut datang                           64°

Sudut pergi                              52°

Daya angkut maksimum          500 kg  + 500 kg  (trailer)

Kapasitas tangki                      100 liter 

Jarak tempuh                           1.000 km  (on road)