JIP - Tahun lalu saat MEX pertama, peserta mati-matian menaklukkan tanjakan Tawakan sepanjang dua kilometer.
Pada MEX II 2017 sedikit berbeda, tanjakan tidak panjang, tapi ada tiga tanjakan mematikan.
Tanjakan ini diberi nama tanjakan Jhonlin Hills, SBM Hills, dan Thousand Miles Hills.
Tuntas menyeberangi sungai lebar Sampanahan, dan istirahat di WP 93 atau BC 6.
Seluruh peserta wajib isi bahan bakar dan perbekalan air sebelum melanjutkan perjalanan.
Karena akan kembali memasuki hutan rimba, tanpa penduduk, hanya satwa liar.
“Didepan kita bakal off-road berat, banyak V, banyak lumpur dalam dan lain-lainnya.
Setiap hari winching, hemat-hemat jangan dipaksa, karena off-road kita masih panjang,”
saran Syamsir pada semua peserta.
Hari ke delapan, peserta bagian depan bergerak duluan menuju Jhonlin Hills.
Rupanya, jarak untuk tiba ke sana tidak terlalu jauh.
Dan handicap yang menghadang hanya dua buah V.
Tidak terlalu berat karena trek masih kering, belum diguyur hujan.
Seolah cuaca memang menunggu peserta masuk ke tanjakan Jhonlin.
Menjelang magrib, hujan pun turun dengan lebatnya, setelah beberapa hari tidak muncul.
Dan cuaca selalu seperti ini sejak hari ke 8 hingga ke 13.
Di punuk Jhonlin Hills tampak team Naga 1, Naga 2, Bekantan, dan Leopard sedang berusaha menggapai puncak.
Mereka merayap perlahan, “Kondisi tanahnya miring ke kanan dan kiri.
Ditambah lagi berbelok-belok, harus banyak mengganti titik winching point,”
ucap H. Fathurrahman dari team Kancil yang sudah tiba di depan tanjakan.
Masuk hari ke sembilan, baru empat team yang berhasil menaklukkan Jhonlin Hills.
Sekarang kondisi tanjakan sudah jauh lebih parah karena hujan semalam.
Giliran Elang Borneo, Kancil dan Tambadao Borneo mencoba keberuntungan.
Memang tidak mudah menaklukkan Jhonlin Hills.
“Tanjakan terjal dan lumpurnya dalam, kita sudah pakai triple line, tetap saja winch jebol.
Setengah mati buat mobil VX-80 seperti team kami ini,” ucap Vendy Umar,
salah satu navigator team Kancil.
Hujan pun kembali mengguyur lebat saat sore hari.
Dijamin kerja navigator bakal lebih ekstra mencapai titik winching point.
Karena posisi winching ada di atas sisi bukit dan pinggiran jurang.
Dari pagi hari, buntut dari tiga team ini baru berhasil sampai puncak pukul 1 malam.
“Benar-benar penuh perjuangan! Itu pun bisa sampai puncak setelah mengalami rusak winch beberapa kali,
bahkan pecah ban,” ucap H. Fathurrahman dari team Kancil.
Beruntung, team yang lainnya tidak memaksakan naik hari itu juga.
“Kalau sudah naik, harus tuntas sampai atas. Karena tidak ada posisi camping yang enak,
sisi kiri mobil jurang sedangkan kanannya tebing,” jelas Carolies dari team Anoa.
Dengan jarak 300 meter, satu team dengan 3 kendaraan bisa seharian untuk tiba di puncak Jhonlin Hills.
Suasana pagi di hari ke-10, tanah rata-rata sudah berubah jadi lumpur akibat hujan lebat.
Rupanya semua peserta MEX II 2017 sudah berbaris rapat,
menunggu giliran untuk naik ke puncak Jhonlin Hills.
Kebetulan, kendaraan Media 2 paling depan di tanjakan.
Melihat kondisi trek yang berat dan navigator hanya sendiri, saya pun mengajukan diri membantu Mang Jum (Navigator Media 2).
Kamera pun disimpan di dalam mobil, agar bisa pegang strap dan sling.
Mujur, saat tengah hari kami sudah bisa menuntaskan setengah tanjakan Jhonlin Hills.
Karena bagian terberat adalah bagian awal hingga ke tengah.
Ini posisi menanjak yang paling terjal dan sulit. Hujan pun datang lebih awal dan lebat,
untung sisa perjuangan di tanjakan ini tinggal setengah lagi.
“Lumpur dari atas tanjakan Jhonlin Hills terbawa turun akibat hujan. Jalannya makin parah,”
keluh Hari dari team Anoa. Melihat kondisi semakin parah,
memaksa peserta bagian belakang mencari cara melewati Jhonlin Hills
Akhirnya mereka menemukan jalan agar tidak perlu naik ke puncak Jhonlin Hills,
yakni dengan menelusuri sungai kecil yang ada di sisi bukit. Dengan begini,
banyak peserta yang melambung melewati tanjakan kejam ini.
“Peserta paling kesusahan melewati tanjakan Jhonlin Hills, di sini banyak kendaraan yang rontok.
Karena tanjakan terjal dan kontur tanah miring ke kiri atau kanan, dengan jarak sekitar 300 meter,”
tutur Narno, official yang menjaga di dalam trek. “Sedangkan dua tanjakan lainnya tidak terlalu terjal dan tinggi,
hanya lumpurnya pekat dan dalam,” tambahnya.
Tinggal dua lagi tanjakan sulit, SBM Hills dan Thousand Miles Hills.
Dua tanjakan ini berdekatan. Lepas dari Jhonlin Hills,
harus bergerak empat kilometer melewati bukit-bukit Meratus.
Beberapa ratus meter sebelum SBM Hills, peserta dihadang oleh handicap lumpur abadi.
Area ini berada di bawah bukit dan letaknya hampir sejajar dengan aliran sungai.
Saat debit air naik, sepertinya area lumpur abadi ini digenangi oleh air.
Selain lumpur yang tidak pernah mengering, di sini juga tumbuh pohon-pohon besar,
yang akarnya menyebar hingga ke jalur peserta, dan kendaraan yang melewatinya.
“Saking beratnya lumpur abadi, saya sampai kehabisan kampas kopling dan pecah snatch block dua biji,”
ucap Ery Rinzani yang sudah lolos dari handicap tersebut.
Tak terasa sudah hari ke-11. SBM Hills pun sudah di depan mata, t
ampak tidak terlalu terjal dan hanya berjarak 100 meter.
Namun, lumpurnya cukup dalam karena tergali ban bertapak kasar.
“Lumpurnya lengket banget, sudah kayak dodol saja,” celetuk H. Bahrani setelah merasakan langsung SBM Hills.
Selain disulitkan lumpur lengket, pucuk tanjakan SBM Hills sedikit terhalang satu akar pohon kenari.
Ukuran tangkal pohon kenari ini hampir sebesar mobil.
“Di sini harus ganti titik winching point, paling tidak dua kali, karena berbelok,”
ucap Edwin Jayasaputra dari team Manguni Manado.
Selanjutnya, Thousand Miles Hills karakternya hampir mirip dengan SBM Hills.
Hanya lebih mudah dilalui karena menanjak lurus.
Namun tetap merayap karena lumpur yang lengket.
Hari ke-13, hampir 70% peserta masih terseok-seok keluar dari trek 2 ini.
Semuanya berjuang keluar, padahal sudah sisa empat hari sebelum finish.
“Keputusan dari Leader, trek ditutup hari ini.
Peserta diperbolehkan untuk melambung melewati dua tanjakan SBM Hills dan Thousand Miles Hills,”
ucap Narno sebagai official yang menjaga sebelum titik akhir Track 2.
Sayangnya, melihat waktu yang sudah singkat,
peserta yang baru keluar dari Track 2, tidak diizinkan masuk ke Track 3.
Padahal di Track 3 sudah ada 32 handicap V yang siap menanti sisa peserta MEX II 2017 dari Track 2.
“Sebenarnya ini trek buat cooling down, tapi tetap saja lumayan seru dan merepotkan,”
tutur Hariono dari team Naga 1.
Benar-benar gila! Rindra Pradipta
Editor | : | inne |
KOMENTAR